Tahun ajaran baru 2025/2026 sebentar lagi akan di mulai, ada hal yang baru di tahun ajaran ini, yaitu adanya mata pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial. Sekarang memang jamannya artificial intelligence (AI) atau serapan bahasa Indonesianya adalah kecerdasan Artifisial, jadi wajar saja Kemdikdasmen juga membuat kebijakan terkait hal ini dalam dunia pendidikan kita
Rasional Mapel Koding dan Kecerdasan Artifisial
Kemampuan digital sangat penting di era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0, di mana teknologi seperti Kecerdasan Artifisial (KA), mahadata (big data), dan Internet of Things (IoT) semakin banyak digunakan di berbagai sektor.
Peningkatan literasi digital di semua jenjang pendidikan sangat diperlukan untuk membekali manusia dengan kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Selain itu, kemampuan digital juga membantu dalam transformasi ekonomi digital, meningkatkan efisiensi layanan publik, dan mempercepat inovasi di berbagai bidang, termasuk pendidikan. Dengan cara ini, peningkatan keterampilan digital tidak hanya membuat Indonesia lebih kompetitif di dunia, tetapi juga membantu pembangunan berkelanjutan dan memastikan akses teknologi yang merata di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan digital adalah dengan penguatan literasi digital, koding, dan kecerdasan artifisial (KA) dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan daya saing sumber daya manusia Indonesia di tingkat global, tetapi juga mendukung percepatan pembangunan ekosistem ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam konteks inovasi dan teknologi untuk pembangunan, pendidikan yang berfokus pada koding dan Kecerdasan Artifisial (KA) bisa menghasilkan generasi inovator yang mampu berkontribusi pada penelitian dan pengembangan teknologi untuk mengatasi berbagai masalah sosial. Yang tak kalah penting, menjaga identitas nasional sangat perlu, karena teknologi bisa digunakan untuk mengangkat dan mempromosikan budaya lokal di kancah global. Dengan menggabungkan pembelajaran koding dan KA dalam sistem pendidikan nasional, diharapkan generasi mendatang dapat menciptakan solusi inovatif untuk menghadapi tantangan nasional, meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara inovatif di dunia.
Dari sudut pandang ekonomi berkelanjutan, keahlian dalam koding dan KA menciptakan peluang ekonomi baru, mendukung inovasi, dan mendorong pertumbuhan industri digital, yang memungkinkan generasi muda berkontribusi pada ekonomi kreatif. Lebih jauh lagi, dalam konteks inovasi dan teknologi untuk pembangunan, pendidikan berbasis koding dan KA menghasilkan generasi inovator yang dapat berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan teknologi untuk mengatasi berbagai tantangan sosial.
Elemen Mapel Koding dan Kecerdasan Artifisial
Mapel koding dan kecerdasan artifisial memiliki 6 elemen. Keenam elemen dan deskripsinya di sajikan dalam tabel berikut ini
Elemen | Deskripsi |
Berpikir komputasional | Keterampilan problem solving yang berjenjang melalui pemodelan dan melalui simulasi untuk menghasilkan solusi efektif, efisien, dan optimal yang dapat dijalankan oleh manusia atau mesin meliputi penalaran logis, kritis, dan kreatif berdasarkan data, baik secara mandiri maupun berkolaborasi. |
Literasi digital | Kecakapan bermedia digital dengan fokus produksi dan diseminasi konten digital, dengan memahami etika dan keamanan digital. |
Literasi dan etika kecerdasan artifisial | Mengetahui konsep dasar KA, bagaimana KA bekerja, manfaat dan dampak KA, serta sikap kritis dan etika dalam pemanfaatan KA |
Pemanfaatan dan Pengembangan Kecerdasan Artifisial | Kemampuan memanfaatkan KA untuk penyelesaian masalah dan peningkatan efisiensi, serta menciptakan dan memperbaiki sistem KA |
Algoritma Pemrograman | Mengembangkan solusi dari berbagai persoalan dengan membaca bermakna dan menulis teks algoritmik terstruktur (logis, sistematis, bertahap, konvergen, dan linier) menjadi kumpulan instruksi berdasarkan paradigma pemrograman yang menaik secara bertahap dan berjenjang, dapat dikerjakan secara mandiri atau berkolaborasi dengan yang lain. |
Analisis Data | Kemampuan untuk menstrukturkan, menginput, memproses (antara lain menganalisis, mengambil kesimpulan, membuat keputusan, dan memprediksi), dan menyajikan data. |
Posisi Mapel Koding dan Kecerdasan Artifisial
Jika diperhatikan, beberapa elemen mapel koding dan kecerdasan artifisial ini sama dengan mapel informatika yang sudah mulai diajarkan di tahun kemarin. Lantas bagaimana para guru harus menyikapi atau mengajarkannya di sekolah?
Mata pelajaran Informatika merupakan mapel wajib yang diselenggarakan di kelas 7, 8, 9 dan 10, dengan dua elemen Berpikir Komputasional dan Literasi Digital. Menjadi mapel pilihan pada kelas 11 dan 12 dengan empat elemen yaitu Berpikir Komputasional, Literasi Digital, Analisis Data dan Algoritma Pemrograman.
Mapel Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) merupakan mapel pilihan dari kelas 5 hingga kelas 12 yang
diselenggarakan oleh sekolah yang memiliki kapasitas baik dari sisi infrastruktur maupun pengajar yang mencukupi. Karenanya penting sekali bagi pendidik untuk mengetahui ruang lingkup mapel Informatika, dan relasinya dengan mapel KKA ini, sehingga dapat membuat perencanaan pembelajaran KKA dengan tepat.
Pada jenjang sekolah dasar, belum ada mapel Informatika baik wajib maupun pilihan, sehingga mapel KKA diselenggarakan tanpa harus membandingkan dengan Informatika. Namun di kelas 7 hingga kelas 10, di mana Informatika wajib di seluruh sekolah, pendidik perlu untuk memastikan supaya tidak ada materi yang berulang, khususnya untuk elemen Berpikir Komputasional (BK) dan Literasi Digital (LD).
Untuk kelas 11-12, di mana Mapel Informatika dan Mapel KKA sama-sama mapel pilihan, jika keduanya diambil pada sebuah sekolah, maka pendidik penting untuk memastikan setiap elemen baik Berpikir Komputasional (BK), Literasi Digital (LD), Algoritma dan Pemrograman (AP) maupun Analisis Data (Data), tidak berulang.
Mapel KKA yang sifatnya pilihan dan spesifik bagi sekolah yang memiliki kemampuan, lebih diarahkan untuk bisa membangun keterampilan praktis bagi peserta didik sehingga aktivitasnya tidak berhenti dalam kegiatan unplugged namun bisa eksplorasi lebih jauh dengan aktivitas plugged menggunakan berbagai perangkat baik yang tersambung ke internet maupun tidak.