Usai makan siang, biar nggak ngantuk karena perut kenyang, Mamak pun buka twitter, lalu nemu ada yang membagikan momen saat Putri Ariani mengikuti ajang America’s Got Talent (AGT). Mulai dari Putri dituntun ayahnya memasuki panggung, memperkenalkan diri, lalu berpindah ke depan piano, memainkan piano dan bernyanyi.
Usai menyanyikan satu lagi, tepuk tangan penonton membahana, banyak memberikan apresiasi dengan berdiri sambil terus bertepuk tangan. Sebagian nampak mengusap air mata. Termasuk saya yang menonton dari balik layar laptop.
Simon Cowell, salah satu juri AGT lantas maju melangkah ke arah Putri, memintanya menyanyikan satu lagu lagi. Lagu kedua pun tak kalah memukau. Studio makin riuh dengan tepukan setelah Putri selesai menyanyi. Semua juri memberikan tanggapan, memberikan apresiasi. Bahkan Simon lantas menekan tombol Golden Buzzer.
Luar biasa!
Dan sepanjang melihat itu, berulangkali saya mengusap air mata yang menetes di pipi.
Malam sebelum tidur, mulai saya temukan banyak yang membagikan momen Putri Ariani di media sosial. Walau siangnya sudah nonton, tapi malam saat melihat kembali, air mata saya tetap saja mengalir. Mewakili rasa haru dan bangga pada Putri, rasa salut dan kagum pada kedua orang tuanya.
Perundungan, Salah Satu Dosa Besar Pendidikan
Dari penelusuran yang saya lakukan, saya memperoleh informasi bahwa Putri Ariani dulu pernah mengalami perundungan saat masih kecil karena kekurangan fisik yang ada pada dirinya. Di anggap remeh, keberadaannya tak dipedulikan saat ikut lomba menyanyi. Sayangnya, yang tak menganggap keberadaannya itu bukan cuma anak-anak sesama peserta lomba, melainkan juga orang tua peserta lomba dan juga para juri.
Membaca informasi ini, saya lalu teringat salah satu materi yang saya peroleh saat mengikuti pelatihan mengenai kurikulum merdeka. Salah satu materinya adalah tentang tiga dosa besar pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi.
Sampai sekarang soal perundungan ini memang masih menjadi PR besar dunia pendidikan, bagaimana sekolah berperan dalam hal ini. Karena nyatanya, di sekolah pun anak-anak ada saja yang mengalami perundungan dari teman-temannya. Ini lah pekerjaan berat untuk para guru dan orang tua, untuk memberikan pemahaman pada anak-anak bahwa setiap orang diciptakan oleh Tuhan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tak boleh ada yang merasa tinggi dengan kelebihannya, tak boleh juga ada yang merasa rendah dengan kekurangan yang dimilikinya.
Tips Putri Ariani : Ubah Insecure jadi Bersyukur
Balik lagi ke Putri Ariani. Dalam salah satu sesi wawancara, Putri membagikan tips supaya para remaja juga bisa sukses seperti dirinya. Salah satu tips yang diberikan adalah “ubah insecure jadi bersyukur”. Bagaimana pun kondisi diri kita, jangan jadikan itu alasan untuk insecure. Karena kalau sudah insecure, maka yang selanjutnya muncul adalah overthinking. Nah overthinking ini yang bakal menghambat langkah untuk maju.
Beda kondisinya jika kita bersyukur. Dengan bersyukur, maka kita akan menjalani hidup dengan lebih tenang. Langkah pun mantap, dan kita mengerjakan segala sesuatu dengan rasa gembira, rasa ikhlas. Maka hasilnya pun pasti tak akan mengecewakan.
Aku salut sama Putri dan kedua orang tuanya, karena bisa memiliki mental yang mengubah insecure menjadi bersyukur.