De Djawatan, tempat apa itu?
Itulah pertanyaan yang spontan saya lontarkan, saat panitia kegiatan yang saya ikuti selama 3 hari di Banyuwangi memberi tahu bahwa sebelum pulang ke Malang, kami akan mampir ke sana.
Udah ikut aja, begitu komentar teman saya. Katanya saya pasti bakal senang kalau ke sana, karena bisa memperoleh foto suasana hutan seperti dalam film. Sebagus itu kah? Teman saya yang asli orang Banyuwangi bilang, kalau aslinya sih biasa, tapi kalau difoto jadi kelihatan bagus. Baiklah, daripada penasaran, saya pun mengiyakan untuk ikut saja. lagian kalau nggak ikut rombongan, emangnya saya mau pulang sendiri? Berat di ongkos dong!
Banyuwangi, kabupaten yang lokasinya di ujung timur propinsi Jawa Timur ini memiliki banyak destinasi wisata alam yang patut dipertimbangkan untuk dikunjungi. Salah satu lokasi wisata alam yang saya kunjungi awal Desember 2021 kemarin adalah De Djawatan.
De Djawatan merupakan hutan lindung yang dikelola oleh Perhutani KPH Banyuwangi Selatan yang terletak di desa Benculuk, kecamatan Cluring kabupaten Banyuwangi. Lokasi ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, dipergunakan sebagai Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari hasil pengelolaan hutan milik Perhutani di Banyuwangi bagian selatan.
Perjalanan Menuju De Djawatan
Rombongan kami meninggalkan Hotel ketapang Indah, tempat menginap selama 3 hari di Banyuwangi sekitar pukul 9 pagi. Bus mengarah ke selatan, menuju kota Banyuwangi. Lalu lintas tak terlalu padat, cuaca cerah cenderung panas. Untungnya pendingin udara di dalam bus berfungsi dengan baik, sehingga kami tetap merasa nyaman sepanjang perjalanan. Apalagi terlihat pemandangan sawah di sisi kanan jalan. Kebetulan saya duduk di dekat jendela di barisan sisi kanan.
Melewati pusat kota Banyuwangi, terlihat gedung-gedung pemerintahan, universitas, sekolah, pertokoan, pemukiman di sepanjang jalan yang kami lalui. Bus terus mengarah ke selatan, hingga akhirnya sampai di satu titik bus berhenti. Saya pun melongok memanjangkan leher, ingin tahu ada apa di depan sana. Rupanya bus yang saya tumpangi mesti menunggu bus pertama yang ada di depan, berbelok di jalan yang tak terlalu lebar. Ada papan bertuliskan De Djawatan melintang di gapura jalan itu. Rupanya kami hampir sampai.
Jalan masuk kawasan De Djawatan memang nggak terlalu lebar, pas untuk satu bus. Jadi kalau ada bus, dari arah berlawanan nggak akan bisa mobil berpapasan. Dari gerbang depan tadi, bus masih melanjutkan perjalanan sekitar 5 menit melewati rumah penduduk di kiri kanan jalan. Dan sampailah kami di De Djawatan, bus di parkir dan kami pun turun dan langsung menyebar.
Nggak ada biaya masuk?
Ada dong, tapi kan udah diurusi sama panitia. Oh iya, tiket masuknya murah kok, cuma 5000 per orang. De Djawatan ini buka dari pagi sampai sore, pukul 07.00 sampai 17.00 WIB. Kalau ke sini pagi atau sore, pastinya suasananya akan berbeda dibanding saat siang seperti saat saya sampai ke sini. Seandainya dekat, pasti deh tiap pagi saya bakal ke sini, olahraga jalan kaki sambil menikmati pemandangan dan kesejukan udaranya.
Sinar matahari, mempengaruhi keindahan pohon-pohon trembesi saat di foto. Eh kualitas kamera juga berpengaruh kayaknya, plus siapa yang mengambil gambar. Asal jepret dengan profesional pasti beda hasilnya
Apa yang Bisa Dilakukan di De Djawatan
Ngapain aja di De Djawatan?
Foto-foto dong hehehe…. berfoto dengan latar belakang pohon trembesi tua di sepanjang kiri kanan jalan yang dilalui. Aslinya, luas De Djawatan ini ada 9 hektar, tapi kami nggak keliling sampai sejauh itu. Apalagi sama panitia, kami cuma di kasih waktu 30 menit. Mana cukup kalau mengelilingi seluas 9 hektar dengan berjalan kaki. Jadinya ya, menuruti rasa penasaran aja, menyentuh, memegang dan merasakan tekstur kulit pohon trembesi yang usianya sudah ratusan tahun.
Tentu saja sambil mengagumi kekuasaan dan kehebatan Sang Arsitek Alam yang telah menciptakan pohon trembesi yang tetap berdiri kokoh, memberi keteduhan dan perlindungan bagi tanaman perdu di bawahnya, bahkan menjadi inang bagi aneka paku dan lumut.
Dahan-dahannya tak lagi bersih, banyak sekali tumbuhan yang menumpang hidup di dahan-dahan itu. Entah hubungan simbiosis mutualisme, parasitisme atau komensialisme yang terjalin antara trembesi dengan aneka tumbuhan paku maupun lumut yang menempel di dahannya. Namun keberadaan tumbuhan penumpang itu membuat pesona trembesi tua ini makin kelihatan.
Jadi cuma foto-foto aja nih yang bisa dilakukan di sana?
Naik Dokar, Sewa ATV dan Jajan Makan Minum
Nggak lah. Bisa naik dokar keliling De Djawatan. Satu dokar bisa buat 4 orang. Bisa ngobrol sama saisnya sambil menikmati pemandangan trembesi di kiri kanan jalan yang dilalui.
Kalau kasihan sama kudanya, bisa juga menyewa ATV buat keliling. Bisa goncengan berdua, keliling di jalan setapak sambil menikmati hijau dan teduhnya alam. Romatis kali ya. Tapi hati-hati karena jalan setapaknya nggak mulus.
Capek berkeliling, bisa mampir di beberapa warung yang menjajakan makanan dan minuman di sana. Menyeruput air kelapa muda langsung dari buahnya, sambil ngobrol dengan pedagangnya asyik juga. Tenang, harga makanan dan minuman di sini murah kok. Sebutir kelapa muda cukup bayar 10 ribu saja.
Rupanya waktu 30 menit sudah lewat, kamipun harus kembali masuk ke dalam bus dan melanjutkan perjalanan pulang menuju Malang. Hiks, padahal kelapa muda yang saya pesan belum habis, baru diminum airnya, belum dimakan daging kelapanya.
Baru pertama ini mendengar destinasi wisata De Djawatan. Cocok nih sama aku yang suka hijau-hijau gitu….
Kebetulan ada saudara di Banyuwangi. Jadi kalao pas silaturahmi ke sana, de djawatan masuk nominasi pertama yang mau dikunjungi
Cocok buat healing y mbak. Udaranya sejuk sepertinya. Untung ada atv dn dokar yg bs kita sewa untuk berkeliling. Krn kalo nggak, lumayan jg kaki kita.
kalo siang kayaknya adem yaa berwisata ke sini. yang seram itu, kalo lewat sini malam-malam, saya yang penakut ini kayaknya bakalan merinding disko, hehehe
Masya Allah cakep banget pohon trembesi tuanya, masuk bucketlist nih sekarang banyuwangi keren – keren ya maak
Berunutng banget kemaren pas menyasarkan diri ke Banyuwangi, lalu keingat hutan Djawatan ini, auto maksa ke sana deh, padahal ya ternyata lumayan jauh dari kota Banyuwangi ya.
Keren sih tempatnya, sayang kami nggak lama di sana karena anak-anak udah kelaparan hahaha
Langsung terbayang ademnya, banyak pohon-pohon rindang. Kalau di Jabodetabek mau main ke tempat seperti ini mesti ke Kebun Raya Bogor, nih. Tapi di sana nggak ada yang jual kelapa kayak di De Djawatan hehe.
MasyaAllah indah banget, bisa buat rekomendasi camping keluarga gak bu? Atau sekedar tamasya? Selain itu ada wisata lain kah?
Untuk tamasya aja ini, semoga ke depan dibuka juga untuk camping di sini. Di Banyuwangi juga banyak pantai yang indah untuk di kunjungi, yang paling terkenal Pulau Merah
wow….(panjang saking kagumnya) pesona pohon trembesi ya.Kokoh dan adem ya. Pengen banget kesana. Alam Indonesia memang tak kalah dengan luar, kekayaan alam yang harus dilestarikan
Tempatnya asri enak dikunjungi, udaranya dingin khas lokasi wisata Banyuwangi
Wuih, pohon trembesinya bikin merinding. Meliuk-liuk gittu. Tapi tetap cantik sekali kalau dilhat dari jauh maupun dekat, Memang pas tuk jadi lokasi wisata
Tadi sekilas aku bacanya jerawatan tapi tetnyata djawatan ya mba dan masyAllah tempatnya itu enakkkkkk banget. Aku jadi pengen ke sana juga. Udah lama nggak liat alam efek kelamaan di rumah hahaha
Banyuwangi skrg dlm tahap pengembangan, tapi kurnag tahu sih selama pandemi apakah berlanjut karena diharapkan akan menjaid sestinasi wisata selain Bali, selain lokasi yang deket dengan Bali.
Aku belum sempat explore Banyuwangi, hanya ke Pulau Merah pas habis mengunjungi makam nenek. Kayanya harus kesana ya..
Maasya allah tempatnya bagus banget. Pepohonan tua yang berjejer gitu menambah daya tarik foto. Pasti asik dan nyaman di sana ya. Kecuali pas menjelang sore kayanya, bakal kerasa agak merinding gitu ngga sih jadinya?
Cakep nih djawatan jadi tempat buat foto prewedding. Indah banget ya pohonya pasti fotonya jadi lebih hidup dan berbeda dengan yang lain
duh cantiknya
Sang Arsitek Alam memang luar biasa dalam menciptakan De Djawatan ya?
harus ke sini ah, sebelumnya mau ke tahura dulu dan bikin tulisannya
Haha bener juga kak Nanik, tergantung siapa yang ambil gambarnya.
Tapi menurut daku bisa diakalin dengan pengambilan wide angle dan panorama.
Pake hape bisa dengan tipe panorama jadi lebih hidup, terutama pas bagian yang di pintu masuk De Djawatan
Duh Mbak Nanik, DE DJAWATAN ini sudah lama masuk dalam wish list traveling saya. Pengen banget bisa motret dan dipotret disini. Bahkan kalau bisa bawa photographer professional biar tiap sudut terekam dengan baik. Karena kalau diamati, tentunya butuh skill motret yang mumpuni untuk mendapatkan foto dengan angle terbaik.
Kalau cuma 30 menit, jelas tidak akan cukup dan tentunya kurang puas untuk mengelilingi. Mungkin ke depan, bisa bersama keluarga agar lebih puas dan tambah berkesan lagi.
30 menit ditempat adem begini mah pasti kurang banget ya mbak. Apalagi kalau bersama keluarga, pengennya lama-lama di tempat seperti ini. Lumayan banget buat healing.
Suasanya asri ya kayaknya kalau buat joging atau piknik keluarga akan menyenangkan semoga bisa berkunjung juga
Foto2 doang di De Djawatan adik ya mba, adem juga suasananya. Bisa cuci mata dengan nyaman.
Keren juga wisata nya jadi pengen kesana tapi kok jauh banget dari sini ya
dibaleni maneh mbak kelapa mudanya, eman eman hehehe…
Aku juga seneng tempat tempat seperti ini apalagi kalau tiket masuknya murah dan harga makanannya terjangkau kayak di de Djawatan…
Gampang, tinggal masukkan kresek dan bawa ke dalam bus saja. Nanti di rumah baru dibuka dan dimakan bersama keluarga itu kelapa muda nya…
Indah banget dan jadinya ingin nyobain wisata Trembesi ini, tapi sayang belum diberikan waktu pas untuk kemari.
Saya baru dengar ada De Djawatan di banyuwangi ini. Pemandangannya juga menarik ya mbak. Enaknya liburan sambil jalan-jalan di hutan yang asri
tempatnya asri, ke sini tuh mesti pagi2 biar bisa sekalian menghirup udara segar sambil jalan santai
Antara serem dan takjub ya ngeliat deretan pohon trembesi. Kebayangnya ranting dan dahan tersebut gerak-gerak kaya tangan orang melambai…
Apalagi pohon trembesi bisa berfungsi sebagai peneduh nih.
Mbaakk jadi kangen de djawatan deh. Pas kesana tu begitu masuk gakjub banvget itu lihat pohon2 gede sampe rantingnya saling bersentuhan gtu. Udaranya seger bikin betaah
Pohon sudah ya itu pastinya. Semoga tidak disalahgunakan oknum. Suka ada yang alasan peremajaan terus ditebang sementara kayunya dijual masuk kantong pribadi…
takjub lihat pohon2 sebesar itu dan daun2nya melebar shg jadi rimbun sekali
MAsya Allah … indah yaa alamnya. Mbak jadinya naik dokar atau ATV?
Saya milih jalan kaki aja mbak
Murah ya tiket masuknya cuma 5000. Pohonnya gede-gede banget, udaranya jadi sejuk. Piknik sekeluarga bisa nih di sini.
Seketika saya jadi ingat kampung. Di desa, dulu masih banyak hutan, trembesi ini kayu yang bagus. Jadi harganya mahal. Makanya banyak dicari orang. Ditebang. Sekarang sudah langka. Nggak nyangka masih ada versi hidup/pohonnya. 🙁
Harga makan dan minuman di kawasan De Djawatan masih terbilang normal yaa.. Asik banget bisa pepotoan bareng pohon trembesi yang kokoh. Kalau tanaman paku yang tumbuh di pohon trembesi itu yang biasa dibuat sayurkah?
hihi…tetiba kangen sayur paku.
hihi…. ini jenis paku yang lain mbak. Klo yang enak disayur tuh si pakis
hooo ga mampir aku situbondo mak
di sana emang banyak banget wisata di banyuwangi
di ketapang indah kan, enaaaak hootele kemaren sempet nginep sana ga mau pulang pada anak-anak wkwkkw
Duuuh emaneee… kelapa mudanya belum habis dinikmati ya mbaaa..
Bagus kok tempatnya, pepohonan tampak anggun, kokoh banget gitu yaa.. Si penumpang pohon malah bikin makin cantik tampilan dahan dan dedaunannya.
Jadi yang ijo-ijo di dahan pohon yang besar itu penumpang toh? Saya kira ya itu pohon trembesi. Langsung auto geli lihat dahan mirip ulat bulu gitu
Dinasti wisata alamnya indah sekali kak, pohon-pohon tumbuh dgn tertata rapi dan indah dan dapat menarik para wisatawan utk berpose.
Masyaallah, lihat foto-foto mbak saja ku sudah morass Nyaman. Bagaimana kalau saya langsung menikmati kesejukan pohon trembesi nya yah? Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah Memelihara alam dengan begitu indahnya.
Wah, saya belum pernah ke sini, dulu waktu berkunjung ke Banyuwangi, de Jawatan ini belum ada, deh! Sekarang udah keren dan hijau gitu ya, Mba? Menarik banget untuk destinasi wisata kalo ke sana lagi.
Btw, Banyuwangi semakin cantik berbenahnya yaa?
Iya mbak, pengen menggaet wisatawan yang biasanya berkunjung ke Bali supaya mampir di Banyuwangi. Soalnya dari jawa kalau lewat jalur darat kan nyeberang ke Balinya lewat Banyuwangi
Pohon trembesi, sangat rindang, kokoh, dan kuat. Kayaknya saya pernah lewat Hotel Ketapang Indah itu mba. Gak jauh dari sana toh lokasinya?
jauh mbak, sekitar 1 jam dari hotel ketapang indah
wisata ini sempet hipe banget waktu itu, tapi sayang aku belum pernah kesana sampai sekarang. seneng banget padahal kalo liat ijo-ijo karena bisa healing dan jadi lebh calm
Aku suka alam. De djawatan kayaknya tempat yang harus dikunjungi deh. Alamnya bagus. Cocok buat healing nih
Pingback: Hotel Ketapang Indah Banyuwangi Punya Akses ke Pantai - Mamak Pintar
Pingback: Hotel Ketapang Indah Banyuwangi Punya Akses ke Pantai - Mamak Pintar
Pingback: SehatQ Memandu Diriku dalam Program Menuju Berat Badan Ideal - Mamak Pintar
Pingback: Kawah Ijen, Keindahan Alam yang Gagal Kunikmati - Mamak Pintar