Kawah ijen, salah satu destinasi wisata yang terletak di perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso, kerap menjadi daerah tujuan wisatawan kalau ke banyuwangi. Pemkab Banyuwangi gencar mempromosikan Kawah Ijen sebagai destinasi wisata unggulan Banyuwangi. Akses ke Kawah ijen pun sudah bagus. Banyak hotel di Banyuwangi yang menyediakan paket tour ke kawah ijen.
Namun, Oktober 2022 kemarin, Mamak mencoba untuk mendaki ke puncak ijen dari Bondowoso. Mamak sebelumnya nggak ada persiapan untuk mendaki ke Ijen. Memang ke Bondowoso untuk melaksanakan tugas dari kantor sih, dan nggak ada niat untuk mampir-mampir setelah selesai melaksanakan tugas.
Namun, teman-teman di lokasi tempat Mamak bertugas menawarkan untuk mendaki ke Ijen setelah acara selesai. Bimbang, antara penasaran dan juga mikir kuat atau nggak.
Seminggu sebelumnya, Mamak sudah berhasil mendaki ke Puncak Kelimutu, apakah kali ini bisa juga mendaki ke Ijen?
Sebelum memutuskan menerima tawaran itu, Mamak bertanya dulu gimana medan pendakian ke sana. Eh nggak ada yang mau menjelaskan, katanya Mamak pasti kuat. Baiklah, Mamak pun menerima tawaran tersebut.
Menuju Arabica Homestay
Sore, selepas ashar kami berlima menuju ke Arabica homestay yang terletak di desa Sempol, sekitar 13 km sebelum pos Paltuding (titik awal pendakian menuju kawah Ijen).
Mumpung masih di wilayah kota Bondowoso, kami mampir makan bakso, mampir minimarket buat beli minum dan camilan, soalnya kata teman Mamak, Arabica homestay ini jauh dari warung.
Keluar dari kota, mulai deh jalan mendaki, berliku-liku. Tebing dan jurang silih berganti di kanan dan kiri. Kata teman seperjalanan saya pemandangannya bagus, bagus banget! Emang bagus sih saat Mamak ngintip sesekali. Tapi karena Mamak punya masalah dengan jalanan berliku, alias kena mabuk darat, jadinya nggak bisa menikmati pemandangan itu. Memilih menyandarkan bahu di kursi, memejamkan mata dan berusaha untuk tidur.
Sudah mulai gelap ketika kendaraan memasuki wilayah Sempol. Ternyata Arabica homestay ini ada di area perkebunan kopi yang di kelola oleh PTPN XII. Jadi untuk menuju homestay, kami melewati jalan tanah yang di kanan kirinya penuh dengan tanaman kopi. Ya bener aja kalau emang jauh dari warung, karena nggak di pinggir jalan utama, tapi masuk jalan masuk area perkebunan.
Kami memesan 2 kamar, satu untuk 2 lelaki dan satu kamar untuk 3 perempuan. Kamar yang satunya nambah ekstra bed. Harga per kamar 250. Ada handuk dan air panas, tapi sabun shampo nggak ada. Televisi dan air mineral tersedia juga di kamar.
Sambil nunggu kamar disiapkan, kami duduk ngobrol dan menikmati wellcome drink di ruang makan. Wellcome drink nya kopi arabica dan teh, bisa pilih salah satu.
Berangkat Menuju Titik Pendakian
Pukul 01.30 dini hari kami meninggalkan arabica homestay, menuju Paltuding. Barang-barang masih ditinggal di kamar, karena dari kawah ijen kami masih akan kembali ke sini.
Emang cuma 13 km sih, tapi kondisi jalan menanjak tajam, jalan sempit dan berliku. Untung sopirnya sudah biasa lewat jalur ini. Ada di satu titik, mobil nggak kuat nanjak. Jadi kami harus turun semua, kecuali sopir. Setelah kami turun, mobil bisa nanjak dan berhenti menunggu kami di jalan yang agak datar.
Jam 2 lebih, kami sampai Paltuding. Ternyata di parkiran sudah banyak sekali mobil terparkir. Ada bus dan elf juga, artinya rombongan dalam jumlah besar. Kayaknya tadi sepanjang perjalanan kami nggak ketemu mobil satu pun. Rupanya semua kendaraan itu menuju Paltuding dari Banyuwangi, sementara kami dari Bondowoso. Jadi paltuding ini memang perbatasan Bondowoso dan Banyuwangi.
Kami sudah membeli tiket masuk secara online, dan memang sejak pandemi, pembelian tiket dilakukan secara online di web balai besar konsevasi sumber daya alam (BBKSDA) Jatim. Untuk wisatawan lokal harga tiket 5 ribu per orang, sementara untuk warna negara asing harganya 100 ribu per orang.
Di Paltuding, pengunjung tinggal menunjukkan barcode pembelian tiket secara online dan akan diberikan tiket dalam bentuk cetak.
Di dekat pintu masuk ini banyak pedagang yang menawarkan sarung tangan, topi, syal, kaos kaki dan juga jas hujan. Saya ke Bondowoso tuh nggak bawa jaket, tapi sama teman saya sudah disiapkan jaket dan juga kaos tangan tebal. Lumayan bisa menhangatkan badan ditengah dinginnya hawa di sekitar Ijen.
Ada juga yang menawarkan jasa dorong gerobak. Jadi bagi yang nggak kuat mendaki bisa naik gerobak dengan satu orang menarik dari depan dan 2 orang mendorong dari belakang.
Mereka ini asalnya adalah para pencari belerang di kawah. Jangan bayangkan gerobaknya besar ya. Gerobaknya hanya muat untuk satu orang. Kata teman saya, biayanya bisa sampai 800 ribu untuk naik dan turun. Tapi bisa di tawar, harga biasanya menyesuaikan dengan berat badan.
Berjuang Menuju Kawah Ijen
Mulailah kami mendaki, setapak demi setapak ke atas. Mamak nggak mengira kalau medannya susah gini. Di beberapa bagian nanjaknya tajam banget, bikin Mamak ngos-ngosan. Ada juga bagian yang agak landai, jadi Mamak bisa berhenti sejenak dan mengatur nafas.
Pos 1 berhasil di lewati. Para pendaki lain yang mendahului langkah Mamak saling menyemangati. begitupun ojek gerobak, yang dapat muatan maupun tak dapat muatan, saling menyemangati untuk terus mendaki.
Ok, Mamak berhasil sampai pos 2. Tapi kok mendadak pusing, badan berkeringat padahal cuaca dingin, hingga akhirnya Mamak mengendurkan restleting jaket, melepas masker dan kaos tangan. Mamak masih berusaha untuk maju lagi. Berjalan pelan. Dua teman perempuan Mamak sudah jalan duluan. Mamak berjalan beriringan dengan teman lelaki.
Sampai pos 3. Mamak berhenti agak lama. Pusing makin menjadi, kaki rasanya gemetar, perut mual. Dan di pos 3 ini Mamak akhirnya nggak tahan lagi dan memuntahkan isi perut. Teman Mamak masih setia nunggu. Dia orang Bondowoso dan udah sering ngantar tamu ke kawah Ijen. Mempersilakan Mamak untuk memutuskan, mau terus naik atau balik saja, karena Mamak yang bisa mengukur kekuatan diri sendiri.
Mamak bimbang. Udah sampai pos 3, masa mau turun lagi. Tapi dengan medan menanjak, kondisi badan nggak fit, apa Mamak sanggup.
Sempat kepikiran buat baik ojek gerobak saja. Tapi dompet ada di mobil, di saku Mamak hanya ada uang 200 ribu.
Mengingat sorenya Mamak juga masih harus menempuh perjalanan kembali ke Malang, akhirnya Mamak menyerah. Memutuskan untuk kembali saja. Setelah merasa agak baikan, kami berdua lalu kembali turun.
Susah meniti jalan menurun, Mamak sempat sekali jatuh terpeleset karena menginjak kerikil-kerikil kecil. Untungnya jatuhnya terduduk, nggak sampai berguling-guling.
Setelah jatuh, Mamak nggak langsung bangun lagi. Mengumpulkan kekuatan dulu. Lalu dengan bantuan teman, kembali mencoba berdiri. Kembali melangkah turun.
Alhamdulillah belum sampai terang, Mamak sudah sampai di parkiran lagi. Langsung masuk warung dan pesan teh panas. Tak lupa memberi kabar pada dua teman yang sudah duluan bahwa Mamak nggak kuat mendaki.
Berdamai dengan Kegagalan tak Sampai Kawah Ijen
Hari mulai agak terang saat Mamak beranjak dari warung. Berjalan-jalan di sekitar pos Paltuding, membandingkan akses dari Banyuwangi dan Bondowoso.
Kami juga membincangkan bagaimana pemkab Bondowoso dan Banyuwangi mempromosikan pariwisata, khususnya Kawah Ijen ini. Bahkan sambil duduk di dalam mobil, saat para pendaki sudah turun, kami sampai menebak kalau ada mobil yang akan meninggalkan lokasi parkir.
Apakah mobil akan berbelok ke kanan atau ke kiri. Kalau ke kiri, artinya para pendaki itu lewat Banyuwangi. Kalau ke kanan, artinya pendaki lewat Bondowoso. Yah, sebagian besar kendaraan itu belok kiri! Kami aja kayaknya yang belok kanan.
Mamak sebenarnya kecewa nggak bisa sampai puncak dan melihat langsung keindahan kawah ijen. Tapi Mamak sadar diri sih, nggak pernah olahraga, kurang istirahat setelah mengalami mabuk darat, jadi deh nggak kuat mendaki.
Nah tips juga nih, buat yang mau mendaki ke kawah Ijen, biasakan untuk olahraga satu atau dua minggu sebelumnya. Olahraga jalan kaki saja tak apa, untuk membiasakan otot kaki bergerak, syukur olahraganya naik turun tangga juga.
Ok, tahun ini Mamak gagal. Semoga di kesempatan lain, Mamak lebih siap untuk mendaki ke puncak ijen. Kayaknya kalau ke sana lagi, mau lewat Banyuwangi saja deh. Katanya jalur menuju paltuding lebih landai, nggak berliku-liku dan bikin pusing di perjalanan.
Aku pun pernah punya pengalaman dan penyesalan yang mendalam karena gagal ke Ijen sekitar 2015. Padahal waktu itu udah nginep di rumah mertua di Banyuwangi. Ada jadwal untuk ke Ijen berangkat dini hari, eeealah perut bermasalah pula waktu itu, sehingga batal deh ke sana. Seru banget bisa ke sana mba.
Baru September 2022 kemarin kami ke Banyuwangi. Banyak yang pengen lanjut ke Kawah Ijen sih. Bagus banget katanya…
Tapi engga jadi, karena kami engga merencanakan dari awal…
Siangnya harus pulang ke kota masing-masing, naik pesawat…Takut engga keburu…
Next time deh…Ternyata bener ya, harus ada persiapan. Minimal olahraga…
Gak apa-apa mba gagal melihat langsung keindahan kawah ijen. Seenggaknya udah membakar kalori dan bisa healing dengan melihat pemandangan sekitar. Mungkin next time bisa “ndaki” lagi ke situ hehehe
Cuma bisa liatin postingan rang orang, belum pernah ke Banyuwangi, apalagi kawah Ijen. Wah sayang sekali kalo mabuk kendaraan, nggak bisa menikmati pemandangan secara maksimal ya. Semoga suatu saat nanti bisa deh jalan-jalan ke sana deh…
Harus mendengarkan isyarat badan Mbak. Saya juga pernah. Pendakian terakhir saat itu (nantinya semoga ada lagi sih). Baru dapat separuh jalan, sudah mulai sesak napas dan kepala seperti berdenyut kencang, padahal mungkin darah yang memacu terlalu cepat dari sebelumnya. Saya turun sendiri sementara suami, anak2 dan rombongan meneruskan perjalanan. Pede saja turun setelah memastikan semua anak sudah agak jauh di atas. jadi suami mau tidak mau terus naik. Yah, harus curang dikit agar tidak jadi sesal sekeluarga. Hahahaha
Gpp mbak, next time diulang aja, saya belum pernah juga ke ijen, someday semoga bisa kesana
Saya penasaran juga ingin lihat kawah Ijen, ada beberapa menu makanan disandarkan namanya pada kawah ini mungkin karena saking eksotisnya pemandangan kawah Ijen Yaa. Mudah2 an next bisa sambang lgi ke sana mba, siapa tau kita bareng yaakk…hehe.
Sayang banget sih. Tapi katanya emang gitu ya. Kalau kita memang nggak sanggup melanjutkan perjalanan maka jangan memaksakan.
Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan fisik dengan benar kalau punya rencana melewati track atau medan yang lebih dari biasa kita lewati.
Meski gagal menikmati keindahan alam kawah ijen. Tapi kupikir mamak udah hebat banget.
Pingback: Blue Fire, Fenomena Langka Pesona Kawah Ijen - Mamak Pintar
sedih banget ya gak sampai kawah ijen tapi kalo gak enak badan ya lebih baik ga diterusin. btw kawah ijen itu yang terkenal dengan blue lava kan ya? termasuk yang langka di dunia, pengen juga saya kesana.
iya, ini kawah yang ada bule fire/api biru/lava biru. Dan cuma ada 2 di dunia, yang satu di Islandia
Desember kemarin udah merencanakan pendakian ke Ijen. Juga nyebrang ke Pulau Menjangan. Tapi membaca prakiraan cuaca dan memang ngalamin sendiri kondisi yang berubah-ubah cukup ekstrim, mengurungkan niat kami untuk mendaki Ijen. Akhirnya eksplore Banyuwanginya diganti dengan melakukan perjalanan rohani ke Pura-Pura di Banyuwangi Barat lalu main ke hutan De Djawatan dan lanjut nyebrang ke Bali
Tetap semangat, mamak
Siapa tahu berjodoh, kita bisa naik ke Ijen bareng-bareng
Aamiin… yuk lah ya kapan-kapan ngetrip bareng
semoga nextnya berhasil mencapai puncak ya mba. Kawah Ijen aku belum pernah ke sana. Wah aku baca makan baksooo, mamak enak banget itu hihi. Moga juga nggak ada mabuk darat lagi ya mba…trip selanjutnya pasti mamak bisa
Semoga next bisa sampai kawah ijen, Mak. Aku juga pengin banget ke Kawah Ijen, walau medan berat tidak masalah. Terpenting tidak lupa persiapan fisik terlebih dahulu.
Wah baru tahu ada yang nawarin kyk kendaraan gtu, tapi mayan juga ya biaya sewanya. Sering denger Kawah Ijen tapi blm pernah nih ke sana hehe. Cuma bisa ndengerin cerita aja saat ini 😀
Thank you info homestay-nya, jadi sebaiknya bawa perlatan mandi sendiri ya hehe. Moso org penginapannya lupa kasi sabun shampoo atau beneran gk ada? 😀
Kak Nanieek..
Sungguh perjuangan dan keren banget bisa melewati sampai sejauh itu.. 13 km ituuuu gak mudah dengan kontur jalanan menanjak seperti menuju kawah ijen ini.
Tapi tetap semangat, kak..
Hihi…meskipun aku kayanya uda menyerah duluan sebelum mencoba.. Karena aku secemen itu kalau kaitannya sama menaklukkan alam. Huhu..
Aku belum pernah ke kawah Ijen mba. Teryata lumayan juga perjuangannya. Baru tahu juga ada jasa gerobang dorong gitu, harga Rp 800 ribu lumayan juga walau bisa ditawar ya. Tapi tetap pemandangannya indah
Masyaallah indah sekali Kawah Ijen, keindahan alam yang luarbiasa untuk dinikmati juga dijaga
Strong banget mbak aku sudah ngga kuat mau mendaki bukit apalagi gunung makanya jadi pejalan santai hihi memang kecewa tapi daripada dipaksakan malah beresiko tinggi ya
Ya Allah, Mak. Untung gak kenapa2 ya.. jatuh berguling2 itu pasti sakit banget. Kalo ke gunung memang mesti persiapan diri. Baik mental maupun fisik juga. Soalnya jalannya juga lumayan banget bikin pegel.
Keputusan yang berat ya Mbak tentunya pas harus lanjut atau turun itu. Tapi ya daripada makin sakit, keputusannya sudah tepat, Mbak.
Semoga next time bisa melihat keindahan kawah Ijen. Dan semoga saya juga demikian. Hehehe.
Aku jadi ingat pengalaman sebelum umroh musim dingin.
Agar bisa melakukan ritual ibadah dengan khusyu dan nyaman, aku terinspirasi mencari tahu apa sih kiat-kiat agar umroh bisa khusyu sekaligus nyaman di musim dingin.
Ternyata mempersiapkan fisik, termasuk di antaranya, karena ada ziarah ke Bukit Kasih Sayang (Jabal Ar-Rahmah) yang lumayan menuntut stamina dan beberapa ziarah lainnya.
Nah, ini juga menjadi catatanku kelak jika ada rezeki melahap keindahan Kawah Ijen.
Insya Allah. Insya Allah.
Semoga next bisa menikmati Kawah Ijen, Mbak Nanik…Mungkin harus persiapan fisik sebelumnya. Kayak suamiku kalau jadwal naik gunung sama teman-temannya minimal 3 bulan sebelumnya latihan fisik lebih rutin.
Btw, iya ya banyakan dari yang cerita ke sana memang lewat Banyuwangi..
Semangat mba next bisa balik lagi ke Kawah Ijen pas badan fit. Daripada memaksakan diri nanti malah repot kan ya? Alhamdulillah aku udah 2x ke Kawah Ijen smpi puncak.
Amiiin semoga suatu hari nanti berhasil ya mak. Emang butuh persiapan waktu itu kami di bulan maret 2022 persiapan bobo awal, pralatan tempur siap dan jam 2 sdh otw dr penginapan.
Bismillah pelan2 dengan menahan dingin sangat untung anginnya ke arah lain jadi gak bau belerang dan sampai atas cuaca bersih kereen banget Masya Allah.
Semogaaaaa next time bisa balik lagi dgn kondisi makin.primaaa ya mbaaa
BWI memang amazing.
Aku kok ya jadi pingiiinnn k Ijen
Kadang rencana tidak bisa terwujud bikin sedih ya mba. Namun kalo kondisi tubuh udah kasih alarm mestinya didengar agar aman. Nanti bisa diulang kembali kunjungannya saat tubuh udah siap treking.
Abis baca ini.. diriku yg jarang olah raga langsung termotivasi pengen rajin olah raga.. entah kapan jalan2 kesana..tp kok seru aja gitu mendaki begini.
Kawah Ijen ini memang mempesona ya mbak
Tak heran bikin semua ingin menjejakkan kaki di sana
Semoga next bisa berhasil ya mbak
Untuk acara mendaki seperti ini, memang butuh banyak persiapan, ya, Mak. Terutama fisik. Harus rajin olah raga dulu buat latihan agar kuat. Saya belum pernah mendaki, sih. Tapi membaca artikel ini, mungkin saya perlu mencoba.
Meskipun judulnya gagal menikmati keindahan kawah, tapi Saya salut mak. Saya sampe usia segini belum pernah berani naik gunung. Semangat mak, kondisi kesehatan jauh lebih penting. Semoga lain kali kawah ijen berhasil ditaklukkan
Kalau dilihat dr peta, baru dapat sepertiganya ya, Mbak.
Gapapa gagal untuk saat itu, semiga besok² diberi kesempatan lagi, yaa. Naik gerobak ajaah. Hhihi
Iya gapapa mak, besok2 bisa diulang lagi perjalanan menuju Kawah Ijen. Aku ya udah lama enggak berjalan mendaki gini, apa kuat ya misal langsung diajakin ke sana hehehe.. Pengin bisa dapet blue fire-nya nih
Aaahhh aku kangen banget dinginnya suasanya di paltuding.
Udah 2x ke ijen. Masih pengen kesana lagiiiii, belum pernah dapet blue fire nya 🙁
Mba, aku kok jadi langsung fokus ke gerobak itu ya. Asli, aku kayaknya ga bisa deh naik begitu didorong, karena bayangin yang dorong ga tega banget. Medannya gak mudah lagi
Padahal udah setengah perjalanan yaaa, etapi kesehatan lebih penting. Kapan2 bisa ke kawah ijen lagi ☺
Waahh sama dong aku, dua tahun berturut-turut pengen ke kawah ijen malah gagal. Bahkan sudah sampai lokasi malah cuma numpang lewat doang, hehehe jadi bucket list yang belum check list nih
Mungkin aku juga bakalan nyerah mbak, aku termasuk yang punya keluhan lutut sakit klo nanjak. Klo udah urusan mendaki kayaknya nyerah.
Trek pendakian menuju kawah ijen ternyata lumeyan ya mba. Kudu nyiapin fisik.
Semoga di kunjungan berikutnya bisa nyampai kawah Ijen ya, Mak.
Btw dulu ada bloger yang rajin mempromosikan wisata Kawah Ijen ini ya.
wow Mbak Nanik aja gagal, apalagi saya ya?
dulu saya sangat suka naik gunung. Bisa naik kendaraan pun saya dan teman-teman jalan kaki, cari jalan yang susah 😀
Emang sih bisa naik gerobak, tapi pastinya lebih asyik kalo berhasil naik dengan jalan kaki
Ya ampun Mbak Nanik. Luar biasa bener perjuangannya. Mungkin juga karena kondisi mendadak tidak fit karena tekanan udara kali ya. Jadi sampai pusing dan muntah-muntah begitu.
Kalau saya memang gak bisa ikut kegiatan alam seperti ini karena syaraf kejepit di belakang tubuh dan ada pergeseran tulang yang cukup mengganggu untuk mendaki, memanjat, dll. Ini akibat sewaktu kecil hingga dewasa saya jatuh. Mulai dari jatuh memanjat, main basket, dll. Mungkin kalau pengen lihat kawah Ijen, saya pasti nyewa ojek dorongan itu. Gapapa deh meski harus bayar mahal hahahaha.
Semoga nanti bisa sampai puncak ya Mba ^^
Kawah Ijen ini bagus banget sih, sebanding dengan usaha mencapainya ya Mba, pemandangan sekitarnya pun pasti sangat menyenangkan dan menyegarkan juga..
I feel u Mbak…
Tp udah sampe sejauh itu tuh masyaallaah…kuat dan keren
Aku juga suka ke gunung2. jadi pingin muncak lagi mbk
Kawah ijen emang cakep banget ya, mb. Sayang belum kesampaian ya. Moga bisa lain waktu sampai puncak juga.
Kalau biaya tiketnya termasuk murah tuh. Emang perlu dibedain harganya buat warga asing, biar ada pemasukan juga buat tempat wisatanya
Semoga lain kali Mba Nanik bisa menikmati keindahan kawah ijen yaa
Bila hendak melakukan pendakian memang sebaiknya latihan fisik dulu yaa agar tubuhnya gak kaget dan sakit
Sudah bisa sejauh itu keren loh kak Nanik.
Gak apa-apa, agendakan lagi aja.
sehatkan badan, siapkan diri dengan ciamik, lalu datang lagi ke sana, dan wujudkan impian sampai ke kawah ijen, aamiin
Kawah ijen tuh emang terkenal sih keindahannya. Aku juga pingin ke sana banget.
Kupikir emang sayang banget kalau kita sudah nyampek sana tapi nggak sempat menikmati kawah ijennya.
Saat aku naik ke Bromo ((yang padahal treknya bukan alam karena uda dibikinin anak tangga)) ada beberapa kali berenti di shelter gitu.. Dan rasanya ngos-ngosan, makin ke atas, makin gak bisa napas. Tapi jadi terpacu karena anak-anak sama suamiku trus keponakanku uda duluan sampek atas.
Ada rasa…
Aku kudu sama anak-anak.
Perasaan Ibu itu yaa.. jadi maksain banget sambil bismillah, semoga ga ambyarr dan nyusahin orang lain.
Tapi sama sekali gak bisa dibandingin sama puncak ijen.
Ini jauhhh banget lebih challenging.
Salut kak Naniek.
Buat keberanian dan kekuatannya.
Semoga lain kali sampai puncak ijen dan menikmati keindahannya.
Sayang banget yah kak, tapi gpp kak next time bisa diulang lagi, yang penting kesehatan kita. Kalau aku sendiri pasti udah gagal, soalnya gak kuat jalan mendaki gitu hehehhe.. semangat kak buat nanti bisa menikmati kawah ijen
Yah mbak Nanik, turut sedih
tapi ambil hikmahnya ya mbak, pasti ke sini lagi sama keluarga kali yaaaa
Gpp kak, next time mungkin bisa balik kesitu dan nikmati kawah ijen yg emg indah sih…
Baca ini jadi inget pas ke Kawah Ijen sekitar tahun 2016 kemarin, kena ujan deres doong. Udah lagi hiking, dihajar ujan dini hari. Jangankan blue fire, sampe puncak dan ngelihat danau kawah aja gadapet, ketutup tembok putih. Cuma bisa ngerasain bau belerang doang hahahahaa, kerana itu selalu pengen balik ke Ijen!
Jangan sedih ya Mak Mungkin suatu hari nanti bisa kembali ke kawah Ijen ini pastinya kalau aku pun ke sana aku udah nyerah deh karena memang fisik aku udah nggak kuat lagi untuk mendaki jadi ingat zaman kuliah yang sempat mendaki bukit Kaba Bengkulu
aku suka naik gunung tapi sering gagal dicuaca dingin yang nggak kuat dan ngos-ngosan pegel aja semua kaki gitu. Naik ke sikunir aja udah engap-engapan tapi happy pol ya mba kalo sampe atas gitu
Terima kasih suntikan semangatnya.
Insyaallah akan tetap punya keinginan dan semangat mengeksplorasi keindahan alam Indonesia dan membagikannya melalui tulisan-tulisan di blog ini
Hallo mba, seru sekali petualangannya. Salam kenal yah, saya Dhita.
Mba mohon izin, peta pendakian yang mba cantumkan di atas, mba dapatkan dari mana ya? Saya mencari di google tetapi tidak ada yang menampilkan. Terima kasih
Saya potret dari papan informasi yang ada di area parkir titik awal pendakian (Paltuding)