Mengajak anak bekerja sama jaman sekarang itu susah susah gampang ya. Di awal masa pandemi, saat diberlakukan belajar dari rumah, banyak ibu yang mengeluh di media sosial kalau sudah puyeng mengarahkan anaknya agar mau belajar. Susah membuat anak menurut padanya. Tak mudah membuat anak melakukan apa yang orang tua inginkan, padahal itu menurut orang tua adalah demi kebaikan anak
Dari obrolan dengan sesama teman perempuan yang punya anak kecil maupun remaja, sering juga yang melontarkan keluhan. Anaknya susah banget di suruh ganti pakaian dulu sepulang sekolah sebelum melakukan aktivitas lain. Ada yang anaknya susah sekali di suruh menggosok gigi. Tetap aja lari-larian di jalan walau sudah di larang. Menarik-narik ekor kucing walau emaknya sudah berulangkali mengingatkan dan melarang.
Orang tua sudah menegur, mengingatkan, membujuk bahkan mengomel. Tapi anak tetap saja melakukan apa yang dilarang. Bikin sebel deh, apalagi kalau emaknya juga lagi banyak pikiran atau banyak kerjaan yang harus dilakukan. Duuh, rasanya kepala mau meledak.
Anak Jaman Dulu vs Anak Jaman Sekarang
Terus mulai deh membanding-bandingkan jaman kecilnya dulu dengan jaman sekarang.
Dulu, kalau dibilangi orang tua, maka anak akan menunduk, diam saja, tak ada yang berani membantah. Walau mungkin dalam hatinya menggerutu, tetap diam tak berani bicara. Walau merasa dirinya tak bersalah, tetap tak berani membantah.
Apalagi kalau orang tua sudah memanggilnya dengan nama lengkap. Duh itu artinya, tingkat kemarahannya sudah level tinggi. Anak akan bergegas datang menghampiri orang tuanya. Bergegas melaksanakan apa yang diperintahkan.
Baca juga : Jangan Sampai jadi orang tua toxic
Kini? banyak yang ngeluh. Anak dibilangi, bisa aja membantah. Bisa aja membalikkan kalimat orang tuanya. Di panggil dengan nama lengkap malah seneng, karena orang tuanya ingat nama panjangnya. Duh ada-ada aja ya…. Tapi emang sih, nama anak jaman sekarang itu panjang dan susah, jadi ya pantes aja seneng kalau ada yang bisa nyebutin dengan benar.
Cara Mengajak Anak Bekerja Sama
Terus gimana dong caranya agar anak mau diajak bekerja sama? Supaya anak mau meletakkan handuk basah di jemuran. Gimana supaya anak mau beresin piring kotor dan meja makan usai kegiatan makan bersama. Cara yang efektif supaya anak mau buang sampah di tempatnya. Tips jitu biar anak nggak sembarangan taruh sandal/sepatu di depan pintu. Gimana supaya Babang ikhlas dimintai tolong nyuapin adiknya, kasih suapan dengan senyum bukan dengan tampang manyun?
Intinya, supaya anak nggak nambahi kerjaan rumah tangga kita. Syukur-syukur mau membantu menyapu, merapikan tempat tidurnya, gosok gigi dimalam hari sebelum tidur tanpa harus diteriaki.
1. Jadilah Orang Tua yang Suka Bercanda
Anak-anak menyukai sesuatu yang lucu. Bahkan hal yang menurut kita sebagai orang dewasa adalah hal biasa, bisa dianggap lucu oleh anak. Bisa membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. Jadi, tak ada salahnya jika kita berusaha menjadi orang tua yang suka bercanda. Bahkan juga dalam urusan menyuruh anak melakukan sesuatu, bisa dilakukan dengan bercanda.
Bagi Mamak yang pendiam, hal ini awalnya susah sekali. Mamak tuh orangnya suka to the point kalau menyuruh anak-anak.
“Babang, berantakan sekali sih. Ayo cepat rapikan tempat tidurnya!”
“Kakak, jangan lupa hari ini jadwal cuci piring”
Anak-anak memang nurut. Melakukan apa yang saya minta. Tapi dari gesture dan tatapan matanya, kelihatan kalau mereka nggak suka di suruh-suruh. Mereka melakukan itu dengan terpaksa.
Beda kalau suami yang menyuruh.
Suami menuntun Kakak menuju tempat piring dan gelas kotor yang menumpuk. Dia ambil satu piring kotor, pasang muka sedih lalu bilang
“Aku ini piring kesayangan kakak. Tapi sekarang badanku kotor begini. Aku kan nggak bisa mandi sendiri. Semoga aja ada anak yang baik hati mau memandikanku”
Dan tanpa di suruh, Kakak mengambil alih piring itu dari tangan papanya.
Salah satu cara efektif menyuruh anak melakukan sesuatu adalah dengan membuat benda mati berbicara
Untuk Babang, suami mengajaknya melakukan sebuah tantangan.
“Bang, kamu butuh berapa detik untuk merapikan kasur. 5 detik? 10 detik?. Eh, tapi papa nggak yakin Kamu bakal bisa. Jangan-jangan butuh sampai 5 menit nih baru beres”
“Nggak lah, masa gitu aja butuh 5 menit” Babang udah mulai tertantang dan merasa diremehkan oleh papanya
“OK, ayo kita buktikan. Papa hitung ya berapa detik waktu yang kamu butuhkan. Satu… Dua… Tiga!”
Cara efektif lainnya adalah, mengubah tugas rutin yang membosankan menjadi sebuah tantangan atau permainan.
2. Menawarkan Pilihan
Cara mudah mengajak anak bekerja sama yang ke dua adalah dengan menawarkan pilihan. Manusia, termasuk juga anak-anak, lebih suka mengontrol sendiri hidupnya. Pada dasarnya tidak suka di suruh-suruh. Apalagi menyuruhnya dengan nada tinggi, mata melotot, berkacak pinggang. Jauhi deh yang kayak gini. Kita tentu nggak ingin terlihat seperti monster kan di depan anak-anak?
Mamak nggak lagi menggunakan kalimat “Toto ayo mandi! Udah siang”. Mamak menggantinya menjadi “Toto mau mandi sama kapal atau pesawat?”
Toto pun lalu memilih salah satu mainannya, langsung masuk ke kamar mandi.
Yang perlu diingat saat memberi pilihan adalah, kedua pilihan itu harus sama-sama menyenangkan
3. Memberi Informasi
Kita bisa memberikan informasi pada anak, lalu membiarkan anak mengambil keputusan terhadap apa yang akan/harus dilakukannya. Hal ini juga bisa menjadi sarana bagi anak melatih untuk mengendalikan diri, melakukan suatu pekerjaan dengan atau tanpa ada orang dewasa di dekatnya.
“Keyboard dan mouse ini barang ringkih, Bang. Jadi kalau mau pakai, nggak usah ditekan kuat-kuat, karena bisa merusaknya. Cukup dengan sentuhan halus saja”
“Kak, di bawah rumah kita ini kan banyak sarang semut. Jadi kalau makan jangan diatas kasur ya. Takutnya ada remahan makanan yang jatuh tercecer dan kamu nggak lihat. Terus didatangi semut. Kan nggak enak banget kalau lagi nyenyak tidur terus tiba-tiba di keroyok pasukan semut”
4. Ungkapkan dengan Satu Gerakan
Dulu tuh susah banget menyuruh Babang gosok gigi di malam hari sebelum tidur.
“Bang gosok gigi”
“Iya, Mak” Mulutnya sih bilang iya. Tapi matanya nggak lepas dari buku yang sedang dibaca. Nggak menoleh dari acara tv yang lagi di tontonnya. Nggak segera berhenti main game di hp nya.
“Babang, gosok gigi dulu, Nak. Mumpung Mamak ingat, ntar kalau Mamak udah ketiduran, kelupaan lagi kamu nggak gosok gigi”
Nambah energi lagi deh buat ngomong lebih panjang. Plus jengkel juga karena dia tadi nggak segera beranjak.
Tapi kini, Mamak bisa hemat energi. Cukup datangi Babang, tepuk pundaknya. Setelah dia menoleh, Mamak bikin gerakan menggosok gigi. Babang pun paham, lalu beranjak ke kamar mandi.
5. Mendeskripsikan Perasaan
Mamak tuh suka sebel, kalau sedang masak, terus anak-anak main kejar-kejaran. Sampai mendekat ke arah kompor yang menyala, bahkan lompat-lompatan atau menjadikan tubuh saya sebagai pelindung dari kejaran. Muter-muter sekeliling saya. Nggak tahu apa Mamaknya ini sedang ribet masak, ada air atau minyak panas di diatas kompor.
“Awas minyak panas. Sana aja mainnya!”
Teriak deh. Mereka emang pindah, lari ke depan. Tapi tak lama kemudian, balik lagi lari-lari di dekat kompor. Bikin was-was aja.
Mamak tahu, mereka mendekat itu karena ingin ngajak Mamak untuk ikut main. Tapi kan Mamak lagi masak, makanan buat mereka juga. Kalau dituruti nemani main, ntar pas udah lapar, nggak ada makanan, mereka juga yang rewel.
Jadinya, Mamak ungkapkan aja apa yang Mamak rasakan. Mereka harus tahu emosi Mamak. Ini sekaligus bisa menjadi pelajaran bagi mereka untuk terbiasa mengungkapkan perasaaanya.
“Mamak takut kalau ada anak main di dekat kompor. Takut dia kena percikan minyak panas atau ketumpahan air panas. Pasti rasanya bakal sakit sekali.”
“Mamak juga pengen lho ikut main kejar-kejaran, sepertinya seru banget. Tapi Mamak harus selesaikan masak ini dulu ya. Soalnya Mamak itu seneng kalau bisa masak buat anak-anak. Mamak akan kecewa kalau masakan ini belum matang”
Saat mengungkapkan perasaan, gunakan kata “Saya” atau panggilan untuk diri kita. Jangan gunakan kata “kamu”.
Saat mengungkapkan perasaan sebal, jengkel hindari kata kamu. Kata ini bisa membuat anak merasa sebagai tertuduh, sebagai penyebab terjadinya sesuatu. Dia bisa saja akan membantah, atau berbalik menjadi marah kalau merasa tak berbuat tapi menjadi tertuduh.
***
Itulah 5 cara mudah mengajak anak bekerja sama. Silakan mencoba untuk menerapkan. Kalau diantara pembaca tulisan ini punya cara lain, boleh lho sharing di kolom komentar
Beneran, Mbak anak sekarang kalau ga pintar-pintar kita ajak kerjasama bikin emosi jiwaaaa. Tips di atas keren tuh. Aku banyakan pakai nomor satu. Jadi sambil guyon gitu padahal minta mereka ngerjain ini itu. Alhamdulillah anak-anak karena dah besar juga ya (SMA kelas X dan SD kelas 6) dah mau bantu-bantu, bisa diajak kerjasama
MasyaALLAH mba Naniiik, senangnyaaa aku baca artikel ini.
Ada solusi jitu supaya bisa mengajak anak kooperatif yak.
kece!
Bismillah, aku coba terapkan ke buah hatiku, ahhh
Hii…anak2 bunda anak2 jaman dulu yg karena emaknya wanita karir jd dibikininlah daftar tugas masing2 dengan Supervisornya di Mbak ART yg pendidkannya tamat DMP tp pintere, Rek n disiplin jaga anak2 daaan sayang sama anak2. Emang lain banget sm cucu2 yg kl disuruh atsu dimintain tolong yang ada “nembaaak mulu, tar.. tar….taaaar! hahaha…
Jadi ingat Mas Omar, kalau lihat aku iris bawang atau cabai, dia suka teriak kesakita. Seolah2 itu suara dari si bawang. Hehehe.
Sebenarnya ada suka dan tidak suka ya, ketika anak mampu membantah. Mungkin lebih berani mengeluarkan pendapatnya ya. Cuma aku suka senyum dan bangga, ketika melihat anak2 saat ditegur malah nyaut. Aku melihatnya bukan hal negatif, tetapi positif. Berarti dia berani mengeluarkan isi kepalanya.
jadi ingat dulu alm ibu galak banget kalau nyuruh
dan nurun dong ke saya 😀 😀
sesudah nyesel marahin anak, saya memilih ngasih teladan ke anak-anak
bahwa rumah harus bersih, jangan tidur dengan piring gelas kotor
Alhamdulilah saya lihat anak-anak saya lumayan bersih di tempat kost
wah iya ya mbak
mengajak anak anak bekerjasama bisa membuat kita lebih rileks dalam menjalani proses pengasuhan ini
Mengajak anak untuk bekerja sama tuh emang mudah-mudah susah ya mbak. kita mesti tahu terlebih dahulu triknya. kalau udah pasti deh anak jadi lebih mudah buat diajak bekerja sama. Setelah baca cara-cara di atas, mirip dengan yang saya dan suami lakukan pada anak-anak kami.
Mengajak anak untuk bekerja sama tuh emang mudah-mudah susah ya mbak. kita mesti tahu terlebih dahulu triknya. kalau udah pasti deh anak jadi lebih mudah buat diajak bekerja sama. Setelah baca kelima cara di atas, mirip dengan yang saya dan suami lakukan pada anak-anak kami.
Aq tiap hari juga ngajak anak kerja sama saat ngerjain apapun tugas di rumah. Misal saat dia abis makan aq minta dia mencuci piringnya sendiri, atau saat beberes kamar tidurnya aq ngajak dia buat beresin bantal dan aq yang bagian lipet selimut. Kita ngerjainnya fun dan anak juga terbiasa
Mengajak anak2 bisa bekerjasama dengan kita ya dengan memberi contoh sih 🙂 Kitanya mesti emangat dan antusias trus jangan lupa boleh juga dikasih reward, meskipun sederhana. Apalagi pas liburan kenaikna kelas nih, bakalan banyak aktivitas di rumah yang dilakukan bersama keluarga. Ajak berbenah rumah aja deh hahaha 😀
Ditegur atau diperingatkand dengan cara marah memang nggak mempan buat anak sekarang. Nyahut aja bawaannya. Ya nggak papa sih karena mereka juga boleh berpendapat. Kalau lagi marah, jadi aku yang dinasehati sama anak, “Mama kalau mau aku nyapu nggak usah sambil marah-marah, Ma. Biasa aja. Bilang aja, minta tolong aku bantu nyapu. Nih, aku udah pegang sapunya.”
Alamaaak … Memang sih bahasa minta tolong, bahasa ngajak bercanda, itu lebih merasuk ke jiwa raga mereka, hahaha …
Rata2 anak2 klo diperintah pasti gak mau y mba.. bener bnget nih tipsnya,
Tapi tetep bngt Kita harus jadi Suri tauladan dulu bagi anak biar dia mudah tanggung jawab
Dari dulu saya salut banget sama kak Nanik ini dalam mendidik anak-anaknya. Sepertinya memang butuh peruangan lebih ya untuk menjadikan anak yang benar-benar diharapkan ortu dan masyarakat sekitarnya. Maka memang peran ortu dan keluarga sebagai madrasah pertama penting mengarahkan anak-anak pada hal2 positif seperti mengajak anak bekerja sama di atas. Tipsnya juga lengkap dan oke. Makasih kak sudah kubaca ya..
Emang butuh terus belajar ya dalam membersamai anak-anak. Kayakanya nggak bisa niru plek cara orang tua kita dulu. Thanks banget tipsnya, tambahan ilmu buat saya.
Karena belum punya anak aku sih, praktiknya paling sama keponakan mba. Seru menggemaskan ya, tapi ya PR juga membuat mereka meu bekerjasama ini. Susah-susah gampang sementara aku tuh pribadi yang kurang bercanda
Banyak cara untuk membuat anak untuk bertanggung jawab terhadap dirinya. Benar sih kalau dulu dibentak sekali langsung diam dan mengerjakan. Sekarang beda banget. Untung banyak kelas parenting atau ilmu parenting yang bertebaran.
MashaAllah. Satu lagi ilmu parenting yg wajib banget dibaca. Ilmu seumur hidup yg butuh pemahaman yg tidak sedikit dan dengan proses belajar yang berterusan
Soal anak zaman dulu yang bila dibilangi malah hanya menunduk, diam saja, tak ada yang berani membantah, aku malah ga mau anakku kayak gitu mbak haha. Aku pinginnya anakku menatap mataku, kritis bertanya kenapa mesti begini dan begitu, berani bicara dan diskusi. Rasanya lebih mudah untuk membicarakan banyak hal bila si anak berani dan terbuka. Berani dengan batasan ya. Bukan kurang ajar.
Tips yang mbak berikan sudah bagus, tinggal pelaksanaannya saja. Jika konsisten, insha Allah tujuan kita untuk mengajak anak bekerjasama dapat tercapai.
Semogaaaa para ibu makin sabar, semangat, bahagia dan ikhlas mengasuh anak.
BISMILLAH. Atas izin Allah,kita bisa mendidik anak dan mengajak kerjasama dgn baik
Bekerja sama dengan anak dan melibatkan anak dalam segala kegiatan di rumah akan menambah bonding antara keduanya ya Mak. Tips yang oke banget dan sudah ku praktekan juga. Kalo buatku kadng lebih banyak memberikan contoh tindakan juga ketimbang ngomong , nanti anak suka ngikutin dengan sendirinya tanpa dimintain tolong.
saya paling sering tepuk dan pakai satu gerakan ke anak. persis kayak yg mba tulis. kadang kalau gitu lebih efektif daripada teriak2. walau memang belum tentu mulus juga, hehehe
tipsnya kepake banget nih, biar anak di rumah mau bekerja sama terutama dalam hal membantu aku dalam pekerjaan rumah. Berhubung anakku cuma satu ya mba saat ini, dan laki-laki pulak, jadi ya cuma dia yang bisa bantu aku untuk urusan domestik rumah. Terutama saat isoman seperti sekarang ini.
Seneng banget dah kalo anak-anak bisa diajak kerjasama ya… Tapi memang ada triknya biar anak juga nyaman saat bekerjasama..intinya sih no marah-marah yak…
Itulah kenapa orang tua wajib upgrade ilmu parenting ya!
Apalagi zaman sekarang, serba digital tantangan ilmu parenting semakin bervariasi plus tipe kepribadian buah hati yang berbeda-beda juga meski mewarisi DNA yang sama dari kedua orang tua.
Faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seperti perilaku orang tua, kakek, nenek, guru dan teman sebaya.
aku mulai nih meminta anak untuk kerja sama yg beneran kerja tim…karena juga pas usianya udah bisa. Makasih ya mba tulisannya. klo mreka dengerin lansung saat disuruh rasanya sesuatuu hihi untuk nyuci piring siaap aku praktikkan tulisan mba
aku suka bgt bercandaa :))
Menjadikan benda mati layaknya bisa berbicara itu memang salah satu cara yang cukup ampuh agar anak bisa bekerja sama. Entah itu mencuci piring, membereskan mainan atau lainnya.
Duh aku banget nih tiap hari nyap nyap ngomel nyuruh bocah salat kayaknya haru mempraktekkan tips satu gerakan biar mamak ngga naik darah melulu
Pe er banget nih ngajak anak kerja sama, anakku usianya 5 tahun Mba. Emang anakku ini baru satu, jadi dia merasa satu-satunya di rumah. Makanya kadang belum bisa diajak kerja sama. Masih agak manja, pengennya sama saya terus.
menurutku sih emang beda jaman beda jauuuuh cara berkomunikasi
sekarang mereka akan tanya bolak balik depan belakang kalo dikasih tau : JANGAN!
benar banget mba.. anak-anak apalagi usia di bawah 12 tahaun suka banget kalau ditantang. Jadinya kalau pekerjaan rumah disebut sebagai misi mereka malah jadi semangat buat nuntasin…Saya pun di rumah juga coba pola becanda ini, jadi anak meski diminta mengerjakan sesuatu mereka tetap fun…
Memang ya, anak sekarang itu berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih ekspresif dan menunjukkan keinginan mereka sendiri. Tidak seperti generasi emaknya yang kebanyakan manggut-manggut aja heheh
Salah satu cara agar anak mau diajak kerja sama yaitu mengajak sambil memberikan contoh, supaya anak bisa mengikuti apa yang diminta oleh orang tuanya.
Terima kasih sudah share strateginya mbak.
Pertama aku tu setuju sama poin no 1 soalnya pd masa skrng ortu sebaiknya gak bersikap otoriter gtu ya, sebaliknya kudu jd kyk sahabat anak, gak spanneng2an. Soalnya masa pandemi gini namanya anak udah stress di rumah mulu gak bisa main, eh msh dpt omelan emak huhu
Komunikasi dengan bercanda jg salah satu strategi bagus buat bikin anak mau kerja sama bantuin menyelesaikan tugas2 di rumah yaa
Wkwkwk aku ngakak pas baca dipanggil nama lengkap anak malah senang karena itu artinya orang tua nggak lupa sama nama anaknya. Ya Allah anak zaman now mah gitu. Hahah. Aku juga kalau kesal suka menyebut nama panjang anak secara lengkap.
Setuju banget…
Anak-anak sekarang itu kritis yaah…kak.
Jadi uda gabisa lagi pakai pendidikan cara lama yang main perintah. Yang ada malah cemberut dan gak bener ngerjainnya.
Menjadi orangtua yang menyenangkan itu mudah.
Ikuti tips kak Nanik di atas. Bismillah….anak-anak nurut dengan doa orangtua juga.
iya jadi orang tua jangan kaku, becanda gapapa biar menjadi orang tua yang menyenangkan, jadi anak pun ga takut mau curhat dan lainnya yah.
Jadi belajar hal penting nih untuk diterapkan ke anak usia 7 tahun
Selain salat dan ibadah lainnya pasti
Semoga jadi orang tua yang enggak kaku
Nah iya ini jadi ortu kudu fleksibel jangan garang terus sering becanda sama anak-anak. Aku tuj sering banget gojekan atau becandaan sama anak-anak.