Kriteria perempuan cantik adalah yang memiliki kulit putih, itulah racun yang berhasil masuk ke dalam pikiran Mamak dulu saat remaja. Karena racun ini, Mamak yang memiliki kulit cenderung hitam, akhirnya tak memiliki kepercayaan diri dalam pergaulan. Apalagi karena warna kulit yang hitam ini, Mamak dulu sering mendapatkan perlakuan yang berbeda dari guru-guru jaman SD dan SMP.
Perlakuan Berbeda Karena tak Berkulit Putih
“Tak apa bodoh, yang penting cantik (kulitnya putih)”.
Satire? Begitulah yang ada dibenak saya dan beberapa teman perempuan jaman SD yang memiliki warna kulit hampir sama. Sawo matang, cenderung hitam karena sering terpapar sinar matahari. Sawo busuk, bukan lagi sawo matang.
Kenapa ada pemikiran seperti itu? Ya karena kalau ada anak yang berkulit putih, disuruh maju ke kelas, nggak bisa mengerjakan, diam lama di depan papan tulis, Bapak dan Ibu guru akan memaklumi. Menyuruhnya mundur dan belajar lagi.
Kalau yang di suruh maju anak yang nggak cantik, jangan sampai deh nggak bisa mengerjakan di depan kelas. Alamat bakal kena omelan, bahkan dapat hukuman berdiri di pojok depan kelas.
Gurunya pilih kasih. Tapi jaman itu, kami tak bisa berbuat apa-apa. Mengadu pada orang tua, malah kami yang disalahkan. Katanya membuat malu karena dihukum di depan kelas.
Tapi ini malah jadi motivasi saya juga sih, untuk rajin belajar supaya bisa mengerjakan kalau disuruh maju, supaya nggak kena hukuman. Supaya saat lulus nanti, bisa dengan bangga memamerkan nilai DANEM yang tinggi.
Di SMP yang berada di kota kecamatan, keadaannya pun sama. Si hitam ini seolah jadi warga kelas 2, jadi cadangan dalam berbagai kegiatan dan keadaan. Untungnya saya bertubuh tinggi, jadi sering disuruh jadi petugas upacara, pengibar bendera.
Walau belakangan saya baru tahu, kalau alasan penunjukan saya itu karena si cantik menolak, dengan alasan takut kulitnya gosong terkena sinar matahari. Soalnya jadi petugas upacara itu harus latihan dulu, kadang latihannya jam 1 siang setelah pelajaran berakhir, selagi matahari masih terik. Artinya saya jadi cadangan juga.
Kepercayaan Diri Mulai Muncul Saat Kelas 2 SMA
Menginjak masa SMA di kota Kabupaten. Alhamdulillah disini teman-teman dan juga guru tak mempermasalahkan warna kulit. Tapi tetap saja rasa minder karena berkulit coklat tetap ada. Walau tak seperti masa SD dan SMP. Di masa SMA ini, penyebab minder yang utama bukan lagi soal warna kulit, tapi soal ekonomi.
Ya, sekolah negeri favorit, sekolah unggulan level Kabupaten. Siswa siswinya banyak dari kalangan menengah ke atas. Ke sekolah naik sepeda motor, ada yang diantar jemput pakai mobil, sementara saya jadi anak kost yang sekamar pun mesti berdua, karena orang tua tak mampu membayar uang bulanan untuk membayar satu kamar sendiri. Kalau sekamar berdua, kan bayarnya lebih hemat.
Saat jam istirahat, saya memilih pergi ke perpustakaan, sedangkan sebagian teman sekelas pergi ke kantin. Menemukan banyak jenis bacaan di perpustakaan, menjadi keasyikan tersendiri untuk saya. Dari banyak membaca, saya jadi sering bisa mengerjakan soal fisika dan matematika dengan cepat. Saat guru berkeliling memeriksa, lalu menemukan bahwa saya sudah selesai, saya pun diminta maju untuk mengerjakan di papan tulis.
Saya tak pernah mengacungkan jari setiap kali pak guru Fisika menanyakan apakah ada yang sudah selesai dan bisa maju ke depan untuk menulis jawabannya di papan tulis. Saat tak ada satupun yang mengacungkan jari, barulah pak guru menyebut nama saya, menanyakan apakah sudah selesai dan mau maju untuk menuliskannya.
Bahkan, menjelang kenaikan kelas, saya diminta oleh pak Guru untuk mewakili sekolah mengikuti lomba olimpiade Fisika.
Saya merasa diistimewakan!
Saya yang tak cantik, tak berkulit putih, dari keluarga menengah ke bawah, ternyata bisa mewakili sekolah. Mengalahkan mereka yang cantik dan anak orang kaya. Dari situlah saya mulai berpikir, kalau saya kalah di fisik, maka saya bisa unggul di otak. Saya harus membuat orang menghargai saya, bukan karena fisik, tapi karena kemampuan otak saya.
Di Olimpiade fisika itu saya tak juara, tapi saya jadi juara karena bisa mengatasi rasa rendah diri saya. Karena di lokasi lomba, saya melihat siswa SMA lain dari Kabupaten yang berbeda, dari seluruh wilayah propinsi. Ada yang berkulit hitam, coklat, kuning, putih. Ada yang rapi dan harum baunya, ada nampak lebih culun dibanding saya. Semuanya berbaur, setara, mengadu kemampuan memecahkan soal-soal Fisika.
Kakak Iri Karena Adiknya Berkulit Lebih Putih
“To, kamu putih banget sih, aku iri tau!”
Suatu hari Mamak mendengar si kakak yang beranjak remaja mengatakan hal ini pada adiknya yang berusia 5 tahun. Entah bermaksud sebagai candaan atau karena gemas melihat adiknya yang berwajah segar karena habis mandi.
Emang sih, diantara ketiga anak saya, si Toto ini yang kulitnya paling putih. Menuruni gen dari suami yang juga berkulit putih. Sementara kakak, walau tak sehitam saya kulitnya, tapi masih kalah putih dibanding kulit Toto.
Tapi kalimat itu justru menyadarkan Mamak, bahwa sudah saatnya harus menjelaskan pada kakak apa makna cantik sesungguhnya. Bahwa kriteria perempuan cantik itu bukanlah berarti perempuan yang memiliki kulit putih.
Kriteria Perempuan Cantik Bukan Hanya Warna Kulit
Jadi kriteria perempuan cantik itu apa sih? Mamak rangkum dari pendapat suami dan juga teman-teman lelaki Mamak ya, apa kriteria cantik menurut mereka. Ini dari pandangan lelaki dewasa ya. Survei yang pernah Mamak lakukan saat jaman kuliah dulu, jadi respondennya sekitar umur 20 an awal. Oh iya, Mamak kuliah di jurusan Teknik Elektro. Jadi ini pandangan anak-anak teknik ya.
1. Berwawasan Luas
Lelaki suka jika teman wanitanya nyambung diajak ngobrol berbagai macam topik. Perempuan good looking, tapi kalau sering nggak nyambung jika diajak ngobrol membuat obrolan jadi tak mengasyikkan. Lelaki juga jadi ilfil kalau gini
Jadi para perempuan memang mesti banyak membaca, membaca tulisan maupun kondisi sekitar. Sering update info terbaru, sekarang kan banyak portal berita. Tapi mesti hati-hati juga, jangan sampai perpapar berita hoax.
2. Tampil Apa Adanya
Kriteria perempuan cantik versi teman-teman Mamak yang kedua adalah tampil apa adanya. Kata mereka perempuan yang berani tampil apa adanya, artinya memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Dandan seperlunya, nggak usah terlalu menor. Lihat situasinya juga, acara apa. Pokoknya pintar menyesuaikan penampilan dengan keadaan.
Keberanian tampil apa adanya ini juga menandakan bahwa perempuan memiliki kemampuan memegang prinsip yang diyakininya dengan teguh. Tak gampang goyah pendiriannya oleh pendapat orang lain.
3. Penyayang
Lelaki menyukai perempuan yang penyayang. Sayang terhadap keluarga, teman-temannya, dan juga terhadap hewan. Sifat penyayang ini bakal meninggalkan jejak kebahagiaan bagi siapapun yang berinteraksi dengannya.
Memiliki rasa empati dan suka menolong adalah wujud dari sifat penyayang. Perempuan penyayang biasanya memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Sehingga dia pun berjiwa sosial juga.
4. Mandiri
Mandiri, inilah kriteria perempuan cantik selanjutnya. Lelaki lebih suka dengan perempuan yang mandiri, pekerja keras yang berjuang sepenuh hati demi mencapai apa yang dicita-citakannya. Bukan berarti harus memiliki fisik yang kuat dan mengerjakan segala sesuatu sendiri lho ya. Tapi dia selalu bisa mencari solusi untuk memecahkan masalah yang dihadapi, tidak hanya mengandalkan pada lelaki.
Misalnya nih, suatu kali ada teman Mamak main ke rumah. Dia heran lihat Mamak bisa beli dan pasang gas sendiri. Karena dia selama ini tak pernah melakukan itu. Kalau gas habis, maka dia akan menunggu suaminya pulang. Kalau suami belum pulang, ya dia nggak akan masak.
Ish, padahal kan cuma gas 3 kilo, kenapa nggak beli sendiri aja? Kalau memang nggak bisa masang, kan bisa minta tolong pada tetangga.
Mamak pun dulu gitu. Awalnya nggak berani pasang gas sendiri. Kalau gas habis, minta tolong satpam kompleks rumah buat belikan sekaligus memasang. Tapi terus pindah kontrakan ke kampung, nggak ada satpamnya. Nggak ada lagi yang bisa dimintain tolong beli dan masang sekalian.
Akhirnya Mamak minta diajari suami gimana masang gas. Apa yang harus dilakukan kalau gas sudah terpasang, tidak ada suara mendesis, tapi kompor belum nyala juga.
Pertama praktek, nggak berhasil dong! Suami belum pulang, anak-anak udah lapar pula. Ceklak ceklek berulang kali tetap nggak nyala. Telpon suami juga nggak ada solusi, dikasih instruksi jarak jauh malah jadi emosi. Jadilah mengetuk pintu rumah tetangga, minta tolong untuk memasangkan gas.
Malu?
Ngapain malu, emang butuh kok.
Kalau sekarang sih Mamak sudah lancar urusan pasang gas.
5. Religius
Lelaki tuh suka dengan perempuan yang taat beribadah, bahkan walau dia sendiri kadang tak rajin beribadah.
Ada dulu teman kuliah Mamak, terkenal berandalan. Perokok berat, suka mabuk, sering bolos kuliah. Tapi dia naksir dengan teman wanita Mamak yang aktivis di Musholla Kampus.
Kok bisa?
Karena teman Mamak itu berharap istrinya dapat mendidik anak-anak mereka dengan benar sesuai dengan ajaran agama. Jadi, wanita yang religius, rajin ibadah, taat pada agamanya, di mata lelaki akan sangat cantik dan juga cerdas. Tak peduli jaman semakin gila, jangan abaikan ajaran agamamu ya!
Hahhaaaa, sebagai perempuan yang berkulit putih aku justru sebaliknya pengen kulitku agak gelap alias sawo matang, makanya suka panas2an, motor2an jadi agak lebih gelap.
Lalu ku bertanya, mengapa hampir kebanyakan perempuan selalu bilang kalo cantik itu perempuan yang kulit putih, sementara aku iri sama kedua adikku yang kulitnya gelap, begitu manis.
Lucuu yaa, alhamdulillah, pandai2 bersyukur sekarang mah yang pentiing dalam hatinya. Makasih loh Mak, tulisannya nendang ke aku banget
Setuju banget mbak, kulit sehat tidak melulu soal “harus putih” tapi sehat sesuai jenisnya. Kayaknya ini emang perlu selalu dikampanyekan biar semakin banyak orang yang sadar untuk tetap bangga memiliki kulit sehat sesuai jenis/pigmen kulit yang dimiliki.
Ikut nimbrung, mak. Sepakat banget nih dengan ide untuk campaign bahwa kulit cantik itu tidak harus putih. Dulu iklan-iklan sudah mulai berbenah,tapi kayaknya sekarang kembali lagi deh. Iklan produk kecantikan buat orang Ina BA-nya orang Korea yang emang pigmennya putih, jadinya orang sini maunya juga sama kaya mereka hehe.
Cantik itu bukan sekadar warna kulit yang putih aja. Bener emang, banyak kriteria lainnya. Salut ama Mbanya yang mewakili sekolah di Olimpiade Fisika. Menurut saya susah itu pelajarannya, hehe … Yang kulitnya sawo matang juga manis, kok. Punya keistimewaan tersendiri.
Kadang merasa miris juga, di negara yang mataharinya berlimpah gini kok banyak yang berharap memiliki kulit putih ala eonni Korea. Justru kita harusnya bersyukur dengan kulit sawo matang ini, karena dengan begitu kulit kita bisa mendapatkan perlindungan dari sinar uv lebih banyak. Kita bisa bebas jalan-jalan di luar ruangan tanpa merasa was-was, tapi ya tentunya jangan lupa juga memakai sunblock hehe.
Prinsip saya sih kulit itu tak harus putih, yang lebih penting adalah berkulit sehat!
Nah iyaa, sayangnya masyarakat pada umumnya ya selalu menganggap seperti itu. Cantik ya kalau berkulit putih. Wkwkwk. Kadang kzl dengerin komen gitu, tapi lama-lama cuekin aja. Saya nih alami sendiri, anak pertama berkulit putih, anak kedua berkulit hitam. Dari baru lahir, si anak kedua ini dikomen terus: hihihi hitam yaa, nanti gedenya bisa kok putih kalau dirawat.. HEHHH NGANA PIKIR SEMUA ORANG DI MUKA BUMI INI HARUS PUTIH? ya ampun kzl.
Syukurnya si anak ini sampai berusia 4 tahun sekarang ya pede aja. Kalau ada yang komenin tentang kulitnya (bahkan ada lho dari keluarga), dia jawab: adek kulitnya gini kan karena suka makan coklat dan minum kopi. Keren deh pokoknya dia, jadi yang komenin pun pada mati kutu karena komentarnya gak dipedulikan hahahah
Tepat dan setuju sekali karena di masyarakat kita tu definisi cantik putih langsing tinggi. Naah kalau diperhatikan ya maak cewek cantik spt artis model kurang apa coba tapi banyak yang hidupnya tidak bahagia alias kehidupan keluarga tidak harmonis, divorce berkali kali bahkan ada yg mengalami kdrt atau di selingkuhi.
So kriteria cantik menurut mamakpintar betul sekali cewek cantik tu otaknya encer, ngobrol nyambung rajin ibadah dkk
Mbaaa,
artikelnya berdaging bangeettt!
kudu dibaca para perempuan (usia berapapun) yg sering insecure dgn tampilan dan warna kulit.
Maklumlah, tiap hari kita dibombardir dgn iklan skincare, kosmetik dll yg berkiblat ke-glowing-an artis KorSel. Makanya banyak yg obsessed dgn kulit putih yak.
Artikelnya bernas ini. Dibikin berdasarkan survey beneran kepada laki-laki tentang kriteria cantik menurut mereka. Ternyata cantik itu gak melulu harus putih ya.
Inspiratif Mbak..
Setuju jika cantik itu bukan hanya luarnya saja..Banyak kriteria yang lebih utama, jadi enggak perlu kiranya jadi minder dan baper karena fisik kita seperti apa. Tuhan menciptakan makhluk-nya sesuai takaran. Jadi ada kekurangan ada kelebihan.
Menyoal kakak beradik yang beda warna kulit, saya dua anak satu terang satu gelap, enggak mirip pula hahaha…satu ngikut saya satu ngikut Bapaknya. Si Adik pernah bilang dia kok hitam, ga mancung hidungnya kayak Masnya…tapi setelah dibilang tuh satu mirip ibuk satu kayak Bapak, kan Allah adil…mau terima dia haha
Wah masa sih guru di sekolah sampe segitunya juga mempersoalkan antara murid yang berkulit putih dan yang bukan?
Tapi ya namanya jaman dulu sih ya, suka saklek.
Beryukur ya Mbak, waktu SMA nemu lingkungan yang ga melihat seseorang dari warna kulit. Kemandirian, kecerdasan, keterampilan, dan masih banyak hal lainnya, juga bisa membuat seorang wanita terlihat menarik.
Ikutt nimpali aaah aku ikutan gemess dengan guru yang pilih kasih dengan anak didiknya.
Tidak mencerminkan bhineka tunggal ika dunk yaa…
Huhu…ini sih yaa..rasisme banget orang-orang dulu tuh..
Kalo aku ngalamin bukan dari kulit, kak.. tapi dari hidung.
Karena hidungnya pesek, semua orang suka bilang “Lendy tuh mancung lo..mancung ke dalam”.
Huhu…perasaan rendah diri ini yang aku sampai sekarang masih ingat dan sangat berhati-hati sekali dalam memilih kalimat. Karena aku gak ingin anakku pun mudah mengatakan hal-hal yang meremehkan fisik orang lain apalagi dirinya sendiri.
Semua orang harus bersyukur dengan apa yang dimiliki dan lebih malu ketika tidak berada dalam ketaatan pada Allah.
Jadi jangan pernah bilang “Eh, temenmu yang gendut tadi, gak masuk yaa?”
thanks mba… saya sepakat banget, tidak perlu berkulit putih, berambut lurus, dan bertubuh langsung untuk bahagia! saya juga kerap merasa tidak istimewa karena punya penampilan fisik yang tidak seperti teman2 yang lainnya. But then, I learn to be a better, kinder, smarter person yang menikmati hidup karunia dari-Nya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Yes, setuju banget mba. Perempuan cantik itu bukan dilihat dari warna kulit tapi dari pintar, punya wawasan dan hati yang cantik
Aih..suka nih sama kata-katanya Mbak Tuty. Semoga semakin banyak dari kita di Indonesia yang pada ngeh bahwa cantik itu ya gak dilihat dari kulit yang putih. Melainkan seperti yang mbak bilang.. cantik itu dilihat dari gimana hati, wawasan, perilaku seseorang.
Sepakat mba walauy warna kulitnya sawo matang , Putih, hitam tapi kalau terawat akan bagus dilihatnya apalagi punya kepribadiaanya dan EQ jadi nilai plus
masih banyak siy ya yang liat cewe dari fisiknya, dan ini memang gak bisa dipungkiri. tetapi tetep aja selalu ada inner beauty dari tiap ciwi-ciwi. dan setuju banget yang diulas oleh mamak
Ah iya
Sedih juga, sampai sekarang standar kecantikan seorang perempuan selalu dihubungkan dengan warna kulitnya
Padahal semua perempuan itu cantik ya mbak
hehe selalu begitu ya, anak yang berandalan suka sama anak yang alim. Dulu di SMA juga gitu. entah sekarang trendnya udah berubah atau belum. Sepakat mbak, krteria perempuan cantik itu bukan sebab kulit putih saja tapi ada berbagai macam kriterianya seperti yang mbak sebutkan. Allah saja tidak melihat bentuk rupa kita tapi ketakwaan kita kepada ALlah.
sekarang bukan zamannya lagi ya mbak membedakan orang hanya dari warna kulit
karena yang penting sih bersyukur sama diri kita dan memanfaatkan bakat yang dikasih untuk hal-hal yang positif
Mba aku ikut senang baca tulisanmu ini. Dulu jaman sekolah diriku mengalami hal ini juga. Resiko sekolah dan kuliah di kampus dan jurusan favorit, banyak cewek cantik dengan penampilan minim memikat hehehee.. Apalah daku yang dulu kusam dan legam. Lha dulu daku lebih banyak ikutan lomba-lomba olahraga, trus masuk kuliah udah kecanduan naik gunung. Praktis tampilan pun ya begitulah hehehee…
Alhamdulillah, yang berkulit hitam dan gelap pun tetap punya tempat di hati orang-orang terdekat, terutama dengan berbagai kelebihan yang Mba Nanik tulis di atas itu tadi.
Kulit gelap identik gak menarik? Ah, gak juga kok. Kulit cerah tidak otomatis lebih menarik, apalagi kalau cenderung pucat. Yang penting rajin merawat diri dan pede aja ya mak. Yg bikin org tertarik ada banyak hal, kok
semua perempuan cantik ya mba, apapun bentuk dan warna kulitnya, apalagi kalo hatinya baik wah cantiknya terasa banget deh
Iya kdg org suka mendiskriminasi wanita berkulit sawo matang. Yg putih jd primadona. Pdhl cantik nggak hrs dr luar tp dr dalam.
Aih, setuju banget, Mbak … memang anak perlu kita beri motivasi seperti dalam tulisan ini dan pada kenyataannya memang, cantik itu tidak harus putih kok yaa.
Btw saya berkebalikan dengan ini dulu saat kecil:
“Tak apa bodoh, yang penting cantik (kulitnya putih)” …. dalam benak saya tuh malah begini: “Tak apa tidak putih daripada cantik tapi bodoh”. Auuw … padahal kan sebenarnya juga tak ada orang yang lebih bodoh daripada yang lain karena setiap orang itu memiliki kepandaiannya masing2. Ini perlu dimotivasi ke anak juga 🙂
Dulu aku mengalami hal sama mba, mungkin karena banyak main kulitku jadi ga putih lagi. Selalu dibully. Tapi semenjak masuk teater mulai percaya diri, dan bisa menerima diri apa adanya.
Yaa…slalu kagum sama pribadi yang berwawasan luas tapi ttp humble. Berkarisma gitu liatnya. Sering ketemu org begini. Dengan wawasan dan prestasinya menjadikan ia lebih cantiiik..
Pas mudik ke rumah mertua aku malah dikomen soal flek di wajahku. Emang penilaian beda-beda Mbk, tergantung lingkungan dan karakter. Malah fisik cepat banget dikomen orang dibanding keberhasilan kita merawat anak-anak atau menambah penghasilan keluarga, semangat terus!
Dulu pemikiran ku cetek gitu Mak. Allhamdulilah seiting tambah gede banyak baca makin pede meski ga putih. Yang penting bener banget sesuai yang dijabarkan mamak. Makasih ya Mak tipsnya, bermanfaat banget.
Perlakuan diskriminasi warna kulit pernah aku alami waktu kecil. Aku punya kulit hitam, tapi nggak kayak orang Afrika gitu, coklat gelap lah ya. Ditambah rambutku keriting. Lengkaplah mirip orang Timur, Ambon atau Papua. Dulu sih agak sebel . dibilang begitu. Wong nggak punya keturunan orang Timur. Tapi sekarang kalau tanya ke suami, aku tuh hitam ya? Pasti dia jawab, enggak ah, manis kok kamu. Ahaayy deh, bisa aeee ngerayunya.
Pas baca ini langsung merasa, saya sedang menghadapi hal yang sama. Si sulung sedang menilai apapun dari segi fisiknya termasuk menilai dirinya sendiri. Dia takut kulitnya cokelat, karena nanti tidak cantik lagi. Sepertinya tipsnya bisa jadi bahan diskusi lagi sama si sulung. Makasih mbak tulisannya mantap
Sebagai kaum adam, saya melihat perempuan bukan cuma kulitnya dan fisiknya saja. Menurutku perempuan yang pinter, wawasan luas, dan kalo diajak ngomong bisa nyambung itu lebih menarik!
Aku baca artikrl ini bolak balik mbaaa
Sukaaa bgt. Sangat berenergi.
Makasii sharing nya mba.
Bener banget, cantik gak mesti berkulit putih. Dengan jadi diri kita apa adanya, yang jujur dan baik hati pun kita sudah cantik. Cantik dari dalam akan memancarkan aura cantik ke luar ya mak.
Wah, guru zaman dulu parah juga ya… Untungnya meski kulit saya memang gelap, ditambah suka karate panas-panasan enggak pernah dapat perlakuan diskriminasi… Cuma memang setelah dewasa, punya kulit sehat jadi kepuasan tersendiri…
Salam kenal Mbak. Kayaknya aku baru pertama singgah di blog mbak ini. Membaca tulisan mbak aku jadi keinget jaman aku dulu, punya kulit hitam tapi manis *eaaaa, siapa lagi kalau bukan kita sendiri yang membanggakan ya kan, Mbak? Hahaha
waahh bner bgt inih. warna kulit tak mengkategorikan cantik atau tidak, tp yah gt, banyak pandangan masyarakat yang semakin condong kesana. yg kulit putih ternyata banyak yg pengen warna kulit gelap, dan sebaliknya ternyata ya
Inner beauty menurutku yang bisa jadi landasan apakah wanita itu punya kecantikan dari dalam, bisa terlihat dari sikap dan pengertiannya kepada kita sebagai lawan jenisnya. Bagi saya yang terpenting adalah inner beauty, dan ekstern beauty baru nomor 2, karena warna kulit misalnya bukanlah faktor utama yang perlu dilihat.
Tampil apa adanya, natural dan mengupgrade kemampuan dan ketrampilan serta agama menjadi nilai penting sekarang dan kemudian.
tapi akhirnya muncul stereotype
yang cantik (kulitnya putih) biasanya bodoh, hahaha
seperti selebriti yang dianggap bodoh juga , padahal untuk menjadi artis dan aktris dibutuhkan otak encer, kecuali selebriti2an 😀
Diskriminasi warna kulit selalu aja ada ya.
Padahal kerennya seseorang gak dilihat seputih apa kulitnya, tapi iman dan taqwa contohnya Bilal bin Rabah
Saya salah seorang wanita yang tak pernah mempermasalahkan kulit hitam atau putih. Yang terpenting bagi saya adalah soal kebersihan, akhlak dan pengetahuan. Bahkan hingga banyak skincare yang berlomba-lomba menggiring produk whitening, saya tidak bergeming. Yang penting ya itu tadi kulit bersih dan sehat. Bukan masalah warnanya.
Kecantikan, bagi setiap orang, punya skala ukur masing-masing. Bahkan sifatnya obyektif karena ada sisi rasa dan selera disana. Bagi saya si A cantik, belum tentu si B berpendapat sama.
Iya terkadang perbedaan kulit di jadikan bahan perbandingan, di lain pihak juga terkadang yang punya kekurangan suka minder. Padahal yang dilihat orang terkadang adalah keunikan dari diri kita dan inilah yang harus kita poles jadi semangat untuk menghias diri.
Setuju banget kalo warna kulit itu bukanlah tolak ukur seseorang itu cantik, cantik itu relatif ya, dan cantik itu paling penting dilihat dari inner beautynya
Alhamdulillah saya mensyukuri atas semua yang saya miliki ini. Gigi gak rata, rambut rontok, tinggi pun semampai alias semeter setengah tak sampai. Hahaha…
Yang penting bersyukur ya Mak
Cantik itu relatif ya, kak. Semua kembali lagi ekpad ayang melihat, tapi paling baik adalah akhlaknya, tingkah lakuknya, karena akan menjadikan orang itu cantik dihadapan orang lain
Ga bisa dipungkiri, perlakuan orang lain terhadap kita kadang-kadang berawal dari melihat fisik, apakah good looking, apakah kulitnya putih.. saya pernah berada diposisi seperti itu, rasanya sangat tidak adil dan membuat saya kesal. Seakan yg good looking dan kulit putih layak untuk diampuni dan diberi pengecualian.
Benar, padahal tolak ukur wanita cantik tidak hanya dari fisik atau wanita kulit, banyak sekali indikator yg dapat menunjukkan seorang wanita itu cantik.
Sukaaaa banget baca artikel ini, Mbak. Aku setuju banget dengan definisi cantik (poin-poin) seperti yang Mbak Nanik tulis di atas. Warna kulit bukan ukuran kecantikan seorang perempuan, deh..
Tapi emang gak dipungkiri, orang-orang tua (angkatan dulu) tuh banyak yang melihat kecantikan dari kulitnya. Misalnya aja ibuku, pernah bilang, “Bocah kok putih, ayuneee…”
Lhaaaa anaknya yang item ini gak ayu yoo berartiii… hemmm… 😀
Nah ini mindset yang harus dirubah bahwa cantik tidak melulu berhubungan dengan warna kulit tapi yang paling penting adalah inner beauty atau dari dalam hati. Aku sudah mulai memasukkan mindset ini ke anakku yang usianya 9 tahun soalnya pernah tercetus dia ingin kulitnya seperti aku putih soalnya kulitnya lebih condong ke suamiku. Aku ingin dia bangga dengan apapun dirinya.
Sebagai laki laki saya lebih suka dengan wanita yang apa adanya, karna kecantikan itu tiddak hanya dilihat dari warna kulit tapi juga dari warnna hati..
Parah banget ya mindset cantik itu putih hingga anak-anak pun jadi minder sejak dini karena kulitnya sawo matang..ini yang harus diubah ya zaman sekarang, semua warna kulit cantik, semua perempuan itu cantik dengan gaya dan kepribadian masing-masing
Warna kulit memang tidak menentukan kecantikan. Secara lahiriah, mungkin. Lebih baik cantik secara alami. Orang yang bahagia, peka terhadap sesama dan relijius secara otomatis akan menampakkan aura cantik dari dalam.
Saat remaja memang masih terbawa keinginan punya kulit putih. Setelah pertambahan usia, udah ga peduli lagi mau putih atau enggak. Yang penting bersih dan sehat.
Wohooho.. cantikmu dari otakmu yess kakak..
Akupun kalo saingan ma yg cantik kulit putih aku angkat tangan
Tapi kalo soal prestasi aku maju lah hehehe
Mungkin karena udah jadi mindset warga negara kita, kalo cantik itu identik sama kulit putih, wajah bening, hidung mancung, dll. Jadi yang punya kulit sawo matang kayak aq pun minder sendiri mbak. Hihi
Cantik emang selalu dilihat dari fisik, apalagi kalau berkulit putih. Kezel ya kalau guru suka pilih kasih, jadi ingat zaman SMP, ada temen yang cantik dan berkulit putih tapi enggak pinter2 banget, eh selalu jadi.kesayangan guru.
aku juga ada satu anak kulite item entah kenapa wkwkkw
tapi dia dibanding kakak adik emang paling gelap
cuma aku suka bilang gpp cowok item manissss
ya untung cowok ya
betul, cantik itu bukan melulu fisik walaupun di negara kita ya realitanya masih memandang fisik tapi lebih utama adalah karakter dan akhlak jugaa, terimakasih sudah menuliskan ini mak
Pingback: Tujuan Menikah untuk Memperbaiki Keturunan - Kisah Keluarga Nara