5 Keterampilan Sosial Emosional untuk Menjalani Hidup Tanpa Stres

keterampilan sosial emosional

Keterampilan Sosial Emosional dapat diartikan sebagai keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, kecakapan dan sikap mengenai aspek sosial dan emosional. Terdapat 5 keterampilan sosial dan emosional, yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Kelima keterampilan ini telah diteliti dalam banyak program untuk anak-anak, remaja, dan dewasa yang terbukti bermanfaat untuk kesejahteraan psikologis seseorang dan mendukung terwujudnya relasi yang positif dengan orang lain. Dengan terus melatih dan mengembangkan kelima keterampilan ini, seseorang akan dapat menjalani hidup yang lebih ringan, tidak banyak stres, penuh penerimaan, dan juga memiliki hubungan yang positif dengan orang-orang di sekitarnya.

Keterampilan sosial emosional
Keterampilan sosial emosional

Kesadaran Diri

Kesadaran diri berkaitan dengan kemampuan untuk memahami emosi, pikiran, dan prinsip atau nilai-nilai diri dan bagaimana semua hal itu mempengaruhi diri kita.

Selama ini, kalau ada kata emosi, yang ada di benak Mamak, adalah cemberut lalu marah-marah nggak jelas. Jadi kan arahnya negatif ya. Anda begitu juga kah kalau mendengar kata emosi?

Padahal emosi itu bisa positif, bisa juga negatif, karena menggambarkan bagaimana perasaan kita. Senang, gembira, sedih, marah semuanya itu adalah emosi. Dan menurut banyak penelitian, kesuksesan seseorang salah satunya ditentukan oleh kepandaiannya dalam mengelola emosi ini.

Roda emosi Plutchik
Roda emosi Plutchik

Untuk mengenali emosi dan meningkatkan kesadaran diri, Anda bisa menjawab dengan jujur beberapa pertanyaan berikut ini :

  • Bagaimana perasaan saya hari ini?
  • Dalam situasi seperti apa saya bisa menjadi versi terbaik diri saya?
  • Apa peran saya dalam keluarga/pekerjaan/komunitas?
  • Orang seperti apakah saya ini?
  • Kapan saya marah?
  • Saya memiliki kepercayaan diri dalam hal?
  • Dan pertanyaan lain yang menggali informasi tentang diri Anda sendiri

Manajemen Diri

Setelah semakin mengenali diri Anda (terutamanya terkait aspek emosi), keterampilan berikutnya yang penting untuk dipelajari adalah manajemen diri. Manajemen diri adalah kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.

Emosi, pikiran dan perilaku manusia saling berhubungan ya. Misalnya nih, pagi hari Mamak dalam kondisi kalut. Anak-anak susah dibangunkan dan diberi arahan untuk kegiatan hari ini, sementara ada beberapa pekerjaan kantor yang sudah mepet dateline. Dalam kondisi seperti ini, Mamak jadi nggak bisa berpikir jernih. Akibatnya perilaku pun terpengaruh juga. Mau ngasih garam ke masakan, malah keliru gula yang dimasukkan. Mau nyapu rumah, malah ngambil pengepel lantai.

Tak berhenti sampai disini, nada suara Mamak pun bisa jadi akan meninggi. Suami tanya sesuatu, Mamak akan menjawab dengan nada tinggi. Anak-anak minta sesuatu, bisa jadi Mamak akan menjawab dengan membentak.

Lalu akan timbul penyesalan, timbul rasa bersalah yang akan menambah lagi beban pikiran baru. Tuh kan, makin kompleks deh emosi yang dirasakan.

Salah satu kunci dari manajemen diri adalah mengambil jeda dari segala emosi dan pikiran yang melatarbelakangi kegundahan kita, juga berhenti dari perilaku yang kita lakukan saat sedang stres. Mengambil jeda dapat dilakukan dengan teknik STOP

  • Stop; berhenti sejenak dari segala aktivitas yang dilakukan
  • Take a breath; ambil nafas yang dalam, ikhlaskan apa pun yang Anda rasakan dan pikirkan
  • Observe; amati sensasi pada tubuh, pikiran, perasaan dan lingkungan
  • Proceed; Setelah lebih tenang, rileks dan pikiran lebih jernih, Anda dapat melanjutkan kembali aktivitas Anda, mengambil keputusan, atau menyelesaikan pekerjaan.

Kesadaran Sosial

Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tak bisa lepas dari menjalin hubungan dengan orang lain, bisa keluarga, tetangga, teman, atasan maupun bawahan.

Setiap orang tentu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu fenomena. Mamak yang terbiasa naik pesawat (walau dengan biaya dinas), biasa saja pada saat berjalan mendekat ke pesawat. Sementara itu, bisa jadi ada penumpang yang heboh dan sibuk berfoto dengan berbagai sudut dengan berlatar belakang pesawat. Karena baru pertama atau jarang naik pesawat, sehingga penting baginya untuk mengabadikan momen itu.

Apakah lantas Mamak mencela dan menganggapkan norak, lebay?

Nggak. Karena Mamak beranggapan selalu ada yang pertama dalam perjalanan hidup manusia. Seandainya dulu pas pertama naik pesawat, mamak sudah punya handphone berkamera, mungkin Mamak juga akan seperti dia. Sibuk minta difotoin sama orang lain saat posisi berada dekat dengan pesawat.

Kita perlu peka dengan keadaan, cara berpikir, cara berperilaku orang-orang di sekitar kita. Menghargai perbedaan dan bahkan mengakomodasi perbedaan tersebut untuk memperkaya sudut pandang dalam memahami suatu hal atau menyelesaikan suatu masalah.

Keterampilan Berelasi

Keterampilan berelasi adalah keterampilan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif, yaitu hubungan yang saling menghargai, jujur, percaya, berkompromi, mendukung, tidak mengekang, tidak memaksa.

Untuk menciptakan relasi yang sehat dan suportif, kita perlu berkomunikasi secara efektif dan empatik, artinya kita dapat mengkomunikasikan apa yang kita rasakan, dan memahami perspektif orang lain serta mendiskusikan hal tersebut secara terbuka untuk mencapai kesepakatan bersama.

Teknik berkomunikasi yang baik perlu dikuasai agar kita bisa membangun dan menjalin hubungan yang sehat dan suportif. Komunikasi yang baik akan memudahkan kita untuk menjaga hubungan, bekerjasama dengan tim, berkolaborasi, memecahkan masalah, memimpin dan dipimpin.

Salah satu hal menantang dalam berelasi adalah ketika kita ingin menjelaskan apa yang kita maksud kepada lawan bicara dengan jelas atau tanpa menimbulkan kesalahpahaman dan potensi konflik. Anda dapat menerapkan teknik 3C dalam berkomunikasi yaitu menyampaikan informasi dengan bahasa yang jelas (Clear), menyampaikannya dengan kepercayaan diri atau tanpa keragu-raguan (Confident) dan juga menyampaikannya dengan tenang (Calm).

Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab

Pengambilan keputusan adalah kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, pertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, serta untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.

Untuk bisa mengambil keputusan bertanggungjawab terhadap suatu permasalahan yang ada, kita bisa menggunakan kerangka kerja POOCh

  • Problem; definisikan masalahnya dengan konkrit
  • Option; petakan solusi apa saja yang bisa dilakukan
  • Outcomes; dari setiap solusi yang bisa diambil, apa hasil yang bisa diharapkan? apa yang perlu diantisipasi?
  • Choice; pilihan mana yang akhirnya diambil dengan mempertimbangkan kebaikan untuk sebanyak-banyak pihak? Pilihan mana yang Anda siap menghadapi konsekuensinya?
Kerangka kerja POOCh untuk pengambilan keputusan
Kerangka kerja POOCh

Demikianlah pembahasan lima macam keterampilan sosial emosional, semoga bermanfaat

19 Comments

  1. Kalau saya kayaknya PRnya tentang bersosial nih.
    Saya cenderung memilih mengurangi kontak, saking malas aja gitu dengan drama per sosial an hahaha.
    Tapi emang sih saya sadar, itu bukan jalan terbaik, memang butuh manajemen bersosial 🙂

  2. hihihi saya termasuk yang berfoto dengan latar belakang pesawat

    karena setua ini baru pertama kali naik pesawat Jakarta – Jogja dan Jogja- Jakarta

    itu pun dibiayai Danone Indonesia.

    Mungkin kalo gak ikut Danone Blogger Academy, sampai sekarang belum pernah naik pesawat 😀 😀

  3. Masyaallah daging banget ini. Mamak… aku jg lg berobat untuk manajemen emosiku.

    Kalau sudah lelah, misal pagi masak, lanjut nyapu ngepel, niatnya mau nyuci. Tp sudah capek. Akhirnya aku memilih istirahat dl, mandi, makan, isi tenaga main sm anak/nonton/main hp. Nanti br klo udh g capek pas malam lanjut nyuci misalnya gitu.

    Krn klo kita paksakan, bakal jd macan aku Mak…

    Jd memang hrs kita sadari dulu kondisi siri kita. Sejauh mana kita mampu. Klo sudah lelah ikuti teknik STOP tersebut ya mak. Dan penting untuk bertemu dg org2 sealiran yg bs ksh kita energi positif. Serta jangan lupa ibadah. Hehehe krn dokter kejiawaanku selalu mengingatkan ki rajin solat dan mengaji mak.

  4. Mbaaaa
    Makasi sharing nya.
    Memang tidak mudah, tapiiii bismillah atas ijin Allah, semogaaa kita bs menguasai ini semua

  5. aku harus baca pelan-pelan mengenai keterampilan sosial emosional ini, karena emang kompleks sekali bukan hanya buat diri sendiri tapi juga bisa buat dampingi anak kita biar mereka juga punya keterampilan ini.

  6. Saya mempercayai bahwa, kesadaran sosial itu emang penting banget. Contohnya sederhana, hidup rukun dengan tetangga. Intinya jangan individualis, karena suatu saat kita memerlukan bantuan mereka…

  7. Fenni Bungsu

    Si Stop dengan salah satu caranya berhenti sejenak ini memang perlu sih biar emosional diri kita itu terjaga gak yang gampang marah-marah karena kan udah lebih tenang

  8. Bener banget mba manajemen diri penting banget
    Karena memang emosi, pikiran dan perilaku manusia saling berhubungan. Harus bisa mengelolanya dengan baik

  9. Keterampilan sosial emosional ini penting untuk dimiliki ya mbak
    Keterampilan ini bisa membantu kita untuk lebih mudah menjalani setiap tantangan dalam kehidupan

  10. Yuni Bint Saniro

    Kebanyakan dari kita memang kurang memahami mengenai emosional. Dalam pikiran kita emosional tu ya hanya tentang emosi. Perasaan marah, kesal dan lain-lain.

    Sedangkan senang, bahagia dan lain-lain itu bukan dalam kategori emosi. Hehehe…

  11. Hufff, akhir-akhir ini aku memang sulit membuat manajemen diri. Dan betul banget aku sering salah dalam melakukan sesuatu akibat gak fokus, sering uring-uringan, anak gak salah jadi kena marah, wakakak. Terimakasih banyak sharingnya. Saya harus berbenah diri dan emosi

  12. Manajemen diri menjadi PR banget, apalagi ketika banyak pekerjaan yang menuntut deadline cepat.. Jadi harus betul-betul bisa memanage diri dan waktu agar bisa menyelesaikan sesuai DL dan juga tetap menjaga kesehatan

  13. Wah aku tercerahkan sama tulisannya mba. kalau bikin pilihan emang harus win2 solution ya, apalagi berhubungan dengan orang yang bisa berbeda keinginannya dengan kita.

  14. Meilia Wuryantati

    Pe er banget nih buat aku tentang manajemen diri, kalau dah capek lelah, malah anak jadi sasaran kemarahan, duh bener2 mesti belajar lagi. Terimakasih sharing nya kak

  15. Kayaknya enggak mungkin hidup tanpa stres, tapi mengelola emosi agar enggak parah itu emang ada seninya agar enggak pusing sendiri, semoga kita terus belajar menghadapi emosi negatif ya

  16. Kita gak bisa mengendalikan hal-hal luar yang potensial bikin kita stres. Tapi, kita bisa mengontrol reaksi kita dalam menghadapi biang stres tersebut.

    Aku juga pernah pakai roda emosi lutchik ini sama anak. Bikin kita makin tahu dan belajar lebih banyak mengenal emosi anak. Bisa diterapkan buat kita yang dewasa juga.

  17. Penting banget memiliki 5 keterampilan sosial emosional ini ya kak. Biar hidup nggak banyak drama. Biar mudah dalam menghadapi hari-hari dan menyelesaikan masalah.

  18. Yup, bener banget mbak. Stress mudah banget menghampiri banyak pribadi hari ini, pengelolaan emosi adalah jawaban terbaiknya.
    Nice sharing mbak.

  19. sebagai makhluk sosial, sudah seharusnya kita memiliki keterampilan sosial yaa. salah satu contohnya adalah hidup rukun dengan tetangga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *